Bisnis.com, JAKARTA - Seleksi masuk perguruan tinggi ternama di luar negeri terkenal sulit sehingga perlu persiapan yang panjang dan matang.
Country Manager Crimson Education Indonesia mengatakan, pada Maret lalu, angka rata-rata penerimaan mahasiswa di delapan universitas Ivy League yakni Brown, Columbia, Cornell, Dartmouth, Harvard, Princeton, University of Pennsylvania, dan Yale, dilaporkan terendah dalam sejarah. Tingkat penerimaan Harvard mengalami penurunan dari 4,9 persen pada 2020, lalu turun menjadi 3,4 persen pada 2021, dan kini makin turun menjadi 3,19 persen pada 2022. Angka ini, tuturnya, adalah rekor terendah sejak didirikan 386 tahun lalu.
Yale dan Brown juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah dengan angka 4,6 persen dan 5.4 persen, sementara Universitas Columbia tidak berubah dari tingkat penerimaan 3,7 persen tahun lalu, yang merupakan rekor terendahnya pada saat itu. Hanya Dartmouth yang naik tipis dari tahun lalu di kisaran 6,24 persen.
“Tiga sekolah Ivy League memilih untuk tidak mengumumkan tingkat penerimaan tahun ini. Princeton, University of Pennsylvania, dan Cornell mengatakan mereka berharap bisa menghilangkan tekanan pada mahasiswa yang disebabkan tingkat penerimaan satu digit,” ujarnya dalam pernyataan tertulis, Selasa (31/5/2022).
Bukan hanya perguruan tinggi Ivy League yang saat ini menjadi semakin ketat persaingannya. Universitas-universitas top lainnya di AS dan Inggris tahun ini, seperti MIT, Stanford, Oxford, University College of London, UC Berkeley, California Institute of Technology juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah.
Di tiap universitas top ini, kata dia, umumnya hanya terdapat sekitar 10 persen mahasiswa internasional. Sehingga, berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang pelajar Asia Tenggara termasuk Indonesia cukup kecil.
Baca Juga
“Untuk mengantisipasi tingginya tekanan dan ketatnya persaingan dalam proses seleksi, calon mahasiswa perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin, jauh sebelum waktu pendaftaran dibuka untuk memanfaatkan peluang yang semakin kecil ini,” urainya.
Karena itu, lanjutnya, jika siswa dari Indonesia ingin menembus perguran tinggi ternama di AS dan Eropa, maka perlu persiapan yang panjang seperti melakukan bimbingan pemilihan pengayaan akademik yang tepat sehingga profl calon mahasiswa lebih menarik, termasuk persiapan wawancara.
Menurutnya, pelajar Indonesia sebenarnya cukup kompeten dalam bidang akademis dan perlu mendapatkan arahan dan bimbingan yang tepat sebelum mendaftar, agar peluang diterima terbuka lebar. Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan diri menghadapi proses seleksi yang sangat ketat, tidak hanya beberapa bulan sebelum seleksi dan pendaftaran saja. Untuk peluang terbaik, persiapan masuk kampus-kampus bergengsi di AS dan Inggris sebaiknya dimulai sejak calon mahasiswa duduk di kelas tahun terakhir sekolah menengah pertama.