Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebulan Perang Rusia vs Ukraina: Jumlah Korban, Sanksi, hingga Prediksi

Berikut ringkasan kejadian selama sebulan perang Rusia vs Ukraina. Mulai dari jumlah korban jiwa, pengungsi, sanksi ekonomi, hingga prediksi akhir perang.
Warga Ukraina terpaksa mengungsi dari rumahnya lantaran pasukan Rusia membombardir kota Mariupol, Ukraina/Aljazeera
Warga Ukraina terpaksa mengungsi dari rumahnya lantaran pasukan Rusia membombardir kota Mariupol, Ukraina/Aljazeera

Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia vs Ukraina telah berlangsung selama satu bulan. Peperangan antara dua negara Eropa Timur ini telah menewaskan ribuan orang, jutaan pengungsi, dan menghancurkan kota-kota di Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin awalnya menginginkan serangan berlangsung dalam waktu singkat hingga Ukraina takluk oleh Rusia. Namun, angkatan bersenjata Rusia ternyata frustrasi oleh perlawanan sengit dari Ukraina.

Berikut ringkasan kejadian selama sebulan perang Rusia vs Ukraina. Mulai dari jumlah korban jiwa, pengungsi, sanksi ekonomi, hingga prediksi yang dilansir dari Aljazeera, Kamis (24/3/2022).

Awal Mula Serangan

Pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina yang merupakan serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Kondisi tersebut menyiratkan kemungkinan eskalasi nuklir jika Barat campur tangan.

Setelah angkatan bersenjata Rusia tidak dapat menguasai Ukraina dengan serangan kilat pada minggu pertama perang, mereka mengalihkan strategi ke pemboman kota-kota dengan artileri, serangan udara, dan rudal.

Target warga sipil termasuk rumah sakit, gereja, dan perumahan telah diserang, sehingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Presiden Putin sebagai “penjahat perang.”

Pasukan Rusia telah berulang kali menyerang Ibu Kota, Kyiv, tetapi gagal mengepung kota.

Menurut pejabat Ukraina, kota pelabuhan Mariupol selatan yang terkepung telah terkena dampak paling parah, menjadi sasaran pemboman selama berminggu-minggu yang telah menewaskan sedikitnya 2.300 orang dan menghancurkan sebagian besar kota.
Sekitar 100.000 warga sipil tetap terperangkap di kota tanpa aliran air, listrik, atau pemanas, dan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Hanya satu kota besar, Kherson, yang jatuh ke tangan Rusia.

Jumlah Korban Sipil

Korban tewas perang belum tercatat jelas, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang telah menjadi simbol perlawanan nasional mengatakan pada Rabu (23/3/2022) bahwa ribuan orang telah tewas, termasuk sekitar 121 anak-anak Ukraina.

Jumlah Korban Tentara Rusia

Ukraina mengkalim telah membunuh 14.000 tentara Rusia, dan menghancurkan ratusan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan pesawat. Bahkan penilaian konservatif AS memperkirakan setidaknya 7.000 orang Rusia tewas.

Jumlah Pengungsi

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengatakan bahwa kini lebih dari 3,6 juta orang Ukraina telah meninggalkan negaranya, dan 6,5 juta lainnya telah mengungsi di Ukraina.

Sanksi Ekonomi 

Sanksi ekonomi pada skala yang belum pernah ditempatkan di ekonomi dunia, yaitu US$1,5 triliun (Rp215 kuadriliun). Sanksi ini akan mengirim Rusia ke dalam resesi yang dalam tahun ini. Bank Dunia memperingatkan negara itu sekarang dalam “wilayah default.”

Sementara itu, Presiden Biden melakukan perjalanan ke Eropa pada Rabu (23/3/2022) dengan proposal sanksi baru, termasuk mempertimbangkan akankah Rusia dapat dikeluarkan dari blok negara-negara Kelompok 20 (G20).

Namun, Kremlin bersikeras bahwa perangnya akan direncanakan dan Rusia tidak akan berhenti berperang sampai mencapai tujuan strategisnya, termasuk memaksa Ukraina untuk menjadi “netral” dan “demiliterisasi.”

Mantan diplomat AS Brady Kiesling mengatakan bahwa pihaknya berpikir saling ketergantungan ekonomi dunia telah membuat perang ini terlalu bodoh untuk dilakukan. Namun, ternyata manusia sebodoh itu.

“Tanggapan kami sekarang, tentu saja, adalah untuk membuat ekonomi Eropa dan AS tidak terlalu diperas oleh otokrat asing,” ucap iesling kepada Al Jazeera yang dilansir pada Kamis (24/3/2022).

Hal itu mengacu pada rencana Eropa untuk memangkas impor gas Rusia hingga dua pertiga pada akhir tahun, dan larangan AS terhadap impor energi Rusia.

Perang dan sanksi telah menjungkirbalikkan pemulihan ekonomi global pasca-Covid. Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan akan merevisi turun perkiraan pertumbuhan 4,4 persen untuk tahun ini pada bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper