Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebulan Perang Rusia vs Ukraina: Jumlah Korban, Sanksi, hingga Prediksi

Berikut ringkasan kejadian selama sebulan perang Rusia vs Ukraina. Mulai dari jumlah korban jiwa, pengungsi, sanksi ekonomi, hingga prediksi akhir perang.
Truk dan ruas jalan di Kyiv Ukraina yang terbakar akibat serangan Rusia/The Moscow Times
Truk dan ruas jalan di Kyiv Ukraina yang terbakar akibat serangan Rusia/The Moscow Times

Belanja Pertahanan Membengkak, Akhir yang Belum Jelas

Belanja Pertahanan Negara Eropa Membengkak 

Ukraina juga telah menciptakan realitas geopolitik Eropa yang baru. Para pemimpin Uni Eropa (UE) bertemu pada Kamis (24/3/2022) untuk membahas bantuan keuangan kepada negara-negara anggota buat mengimbangi melonjaknya biaya energi bagi petani, bisnis, dan rumah tangga, karena Eropa mencari pemasok alternatif batu bara, minyak, dan gas.

Perang juga telah meningkatkan anggaran pertahanan. Jerman mengumumkan 100 miliar euro (US$ 113 miliar atau Rp1,6 kuadriliun) pengeluaran tambahan untuk angkatan bersenjatanya, sama dengan pengeluaran pertahanan selama lebih dari dua tahun.

Prancis juga mengatakan akan meningkatkan pengeluaran militer dalam menanggapi invasi ke Ukraina. Swedia mengatakan akan menggandakan anggaran pertahanannya menjadi dua persen dari produk domestik bruto (PDB) “sesegera mungkin”. Apalagi, opini publik mendukung keanggotaan NATO (North Atlantic Treaty Organization) untuk pertama kalinya.

Finlandia, yang sudah menghabiskan dua persen dari PDB, meningkatkan belanja pertahanan di tengah perang Rusia vs Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO akan menggandakan kekuatan di sisi timurnya dengan menempatkan empat kelompok tempur tambahan di Bulgaria, Rumania, Slovakia, dan Hongaria.

Negara-negara UE telah bergerak menuju penciptaan kemampuan pertahanan independen dalam Deklarasi Versailles mereka pada 11 Maret 2022, dengan menyetujui untuk “meningkatkan pengeluaran pertahanan secara substansial dengan kemampuan pertahanan yang dikembangkan dengan cara kolaboratif di dalam UE.”

Gubernur Bank of Greece Yannis Stournaras percaya bahwa krisis ini akan meningkatkan integrasi Eropa, karena krisis keuangan global 2008 membawa serikat perbankan lebih dekat dan pandemi Covid-19 menciptakan instrumen utang bersama pertama di Eropa.

“Kemungkinan besar kita akan melihat langkah-langkah signifikan menuju integrasi lebih lanjut di seluruh sektor penting, seperti pertahanan, energi, dan kebijakan fiskal,” jelas Stournaras kepada sesama bankir pada 21 Maret 2022.

Yang lain percaya bahwa pemisahan energi dari Rusia dan peningkatan pencegahan militer tidak akan mengubah pemikiran negara adidaya yang memiliki senjata nuklir.

“Perang agresi seperti yang dilakukan Rusia di Ukraina membutuhkan tanggapan serius,” kata Kostas A Lavdas, yang mengajar studi Eropa di Universitas Panteion.

Namun, Lavdas percaya sanksi hanya permulaan. Pasalnya, lebih jauh menyudutkan seorang otokrat berbahaya yang mengendalikan senjata nuklir bukanlah jalan ke depan. 

Dia menuturkan menyediakan jalan keluar yang cerdas bagi kedua belah pihak adalah tantangan nyata. Pekerjaan serius dimulai setelah berakhirnya perang.

"Kita perlu memahami mengapa pencegahan gagal [karena memang demikian] dan memastikan bahwa kali ini kita mengubah arah di mana perubahan diperlukan," ujarnya. 

Akhir yang Belum Jelas

Jalan keluar itu sulit dipahami. Ukraina dan Rusia mengisyaratkan mereka mungkin mendekati kesepakatan pada 16 Maret 2022.

“Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan. Ada formulasi yang sangat spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Namun, pembicaraan terus berlanjut, mencerminkan dari kesulitan yang dihadapi Ukraina dalam menyerahkan aspek penentuan nasib sendiri, seperti bergabung dengan UE atau NATO dan bagian dari wilayah kedaulatannya, termasuk wilayah Donbas dan Krimea yang dianeksasi Rusia.

Ketika Rusia menggali dan Eropa, AS, Kanada, dan Inggris meningkatkan biaya perang Rusia, dunia juga menjadi semakin terpolarisasi antara blok demokrasi liberal Barat dan lainnya, seperti China, yang tidak mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina, membuat keputusan di badan multilateral seperti PBB sulit dijangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper