Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Yoon Suk Yeol: Jaksa AntiKorupsi Kini Presiden Korsel

Berikut profil lengkap Yoon Suk Yeol. Mantan Jaksa Agung yang antikorupsi kini terpilih jadi Presiden Korea Selatan (Korsel).
Presiden Korea Selatan terpilih Yoon Suk-yeol/Yonhap
Presiden Korea Selatan terpilih Yoon Suk-yeol/Yonhap

Bisnis.com, JAKARTA - Yoon Suk Yeol, Mantan Jaksa Agung dari kelompok konservatif, telah terpilih sebagai Presiden Korea Selatan pada  pemilihan umum yang berlangsung Rabu (9/3/2022).

Dia mengalahkan saingan utamanya yang liberal dalam salah satu pemilihan presiden yang paling ketat di negara tersebut. Lebih dari 98 persen suara dihitung, Yoon Suk Yeol memiliki 48,6 persen suara melawan saingannya Lee Jae-myung 47,8 persen.

Dengan kemenangan tersebut, masa jabatan lima tahun Yoon Suk Yeol akan dimulai bulan ini untuk menggantikan Presiden Moon Jae-in sebagai orang nomor 1 di Korea Selatan

Lantas, siapa sebenarnya Yoon Suk Yeoll? Berikut profil Presiden Korea Selatan yang baru seperti yang dilansir dari The Korea Herald pada Kamis (10/3/2022).

Jaksa Agresif

Dikenal sebagai pahlawan anti-korupsi, Yoon Suk Yeol merupakan seorang jaksa yang agresif dan keras kepala. Sebelumnya, dia pernah membantu untuk menghukum mantan Presiden Korsel Park Geun-hye dan taipan bisnis atas tuduhan korupsi.

Reputasinya yang terkenal pantang menyerah membuat Presiden Moon Jae-in memilihnya sendiri sebagai kepala jaksa. Namun, sifat Yoon Suk Yeol yang keras akhirnya membuat berselisih dengan pemerintahan Moon Jae-in.

Ketika kejaksaan mengalihkan pandangannya ke para kabinet Presiden Moon Jae-in, hubungan jadi memburuk dan akhirnya membuat Yoon Suk Yeol mengundurkan diri serta memasuki politik.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Yoon Suk Yeol lahir di Yeonhui-dong, Seoul pada 1960. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai tenaga pendidik. Ayahnya merupakan profesor kehormatan Universitas Yonsei Yoon Ki-joong dan ibunya adalah profesor Universitas Wanita Ewha Choi Jeong-ja.

Awalnya, Yoon Suk Yeol ingin belajar ekonomi dan tidak bercita-cita menjadi hakim atau jaksa. Namun, ayahnya menasihati untuk belajar hukum dengan mengatakan bahwa dia nantinya bisa belajar hukum ekonomi. Akhirnya pada 1979, Yoon Suk Yeol masuk Universitas Nasional Seoul sebagai jurusan hukum.

Sepuluh hari sebelum Pemberontakan Demokratik Gwangju 18 Mei terjadi, Yoon Suk Yeol mengikuti simulasi sidang yang diadakan di kampus sebagai hakim. Dia menghukum mati Chun Doo-hwan yang saat itu menjabat sebagai komandan keamanan militer dan Perdana Menteri Shin Hyun-hwak dengan hukuman penjara seumur hidup.

Saat cerita tersebut menyebar di kampus, dia berlindung di rumah salah satu kerabat ibunya di Gangneung, Provinsi Gangwon, selama tiga bulan.

Yoon Suk Yeol ingin menjadi profesor hukum ekonomi dan berpikir perlu untuk lulus ujian pengacara guna membenarkan tempatnya di podium kelas. Namun, dia melemparkan dirinya ke dalam lingkungan sosial yang buruk. Yoon muda gagal ujian delapan kali. Pada upaya kesembilan, akhirnya dia lulus ujian pada 1991.

Karir Dimulai Saat Usia 35 Tahun

Pada usia 35 tahun, Yoon Suk-yeol diangkat ke Kantor Kejaksaan Distrik Daegu sebagai jaksa penuntut pertama. Dia sempat pindah ke sebuah firma hukum pada 2002, tetapi setahun kemudian kembali ke pusat penuntutan. Karirnya dalam kasus-kasus terkenal dimulai setelah dia kembali bertugas ke kejaksaan.

Pada 2003, Yoon Suk-yeol membantu menangkap dan menyelidiki An Hee-jung dan Kang Geum-won, kabinet Presiden Roh Moo-hyun, atas skandal pendanaan pemilihan presiden.

Pada 2006, dia menangani kasus yang berpusat pada dana gelap Hyundai Motor. Pada 2008, Suk-yeol berpartisipasi dalam penuntutan khusus sebagai jaksa yang dikirim untuk ‘insiden manipulasi harga saham BBK,’ yang melibatkan calon presiden Lee Myung-bak.

Pada 2013 merupakan tahun paling bergejolak dalam karirnya sebagai jaksa. Pada saat itu, Yoon Suk-yeol bertugas kepala tim yang menyelidiki campur tangan National Intelligence Services (NIS) dalam pemilihan presiden 2012 dan politik dalam negeri.

Dia mengambil posisi bahwa kepala NIS Won Sei-hoon harus didakwa melanggar Undang-Undang Pemilihan Pejabat Publik, tetapi langkah itu diduga diblokir oleh mereka yang lebih tinggi dalam rantai komando.

Pada musim gugur tahun itu, Yoon Suk-yeol mengungkapkan selama audit parlemen bahwa ada ‘tekanan eksternal’ yang parah selama penyelidikan.

“Saya hanya setia pada organisasi dan tidak setia pada seseorang," ujarnya.

Setelah pengungkapan itu, Yoon Suk-yeol diturunkan pangkatnya menjadi jaksa umum di Kantor Kejaksaan Tinggi Daegu. Selama bertahun-tahun, dia ditempatkan di berbagai kantor kejaksaan provinsi.

Namun, ketika skandal korupsi besar-besaran yang melibatkan mantan Presiden Park Geun-hye, politik dan bisnis kelas berat pecah pada musim gugur 2016, Yoon Suk-yeol dibawa kembali ke pusat penuntutan.

Tim penuntut khusus diluncurkan untuk menyelidiki masalah ini, dan jaksa khusus Park Young-soo menunjuk Yoon Suk-yeol untuk memimpinnya.

Yoon Suk-yeol tanpa henti menyelidiki semua orang yang terlibat dalam skandal itu dan mendakwa mantan Presiden Geun-hye dan Wakil Ketua Samsung Electronics Lee Jae-yong.

Sebagai pengakuan atas kontribusinya, Yoon Suk-yeol naik pangkat dengan cepat dan diangkat sebagai kepala Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul oleh Presiden Moon Jae-in pada 2017.

Pada tahun-tahun berikutnya, dia menangkap mantan Presiden Lee Myung-bak dan mantan Ketua Tertinggi Pengadilan Yang Seung-tae untuk tuduhan korupsi dan manipulasi peradilan.

Pada 2019, Presiden Moon Jae-in mengangkatnya sebagai Jaksa Agung atas kinerjanya dalam menyelidiki korupsi.

Namun, hubungan Yoon Suk-yeol dengan Moon Jae-in menjadi rumit ketika Yoon Suk-yeol meluncurkan penyelidikan terhadap keluarga calon Menteri Kehakiman Cho Kuk, yang merupakan ajudan dekat Presiden Moon Jae-in.

Penyelidikan Yoon Suk-yeol atas tuduhan bahwa anggota keluarga Cho Kuk telah berinvestasi secara ilegal dalam dana ekuitas swasta dan dokumen palsu untuk penerimaan universitas menjadi beban politik bagi Cheong Wa Dae dan partai yang berkuasa, yang menunjuk Cho Kuk meskipun ada skandal.

Bahkan setelah Cho Kuk mengundurkan diri dari jabatan Menteri Kehakiman, Yoon Suk-yeol tetap berselisih dengan Moon Jae-in dengan menyelidiki dugaan intervensi Cheong Wa Dae dalam pemilihan Wali Kota Ulsan dan dugaan manipulasi evaluasi ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Wolseong No 1.

Di akhir masa jabatannya, perseteruan Yoon Suk-yeol dengan Menteri Kehakiman saat itu Choo Mi-ae atas reformasi penuntutan membuatnya mendapat dukungan dari kubu konservatif dan mereka yang menentang pemerintahan Moon Jae-in.

Pada 4 Maret 2021, Yoon Suk-yeol mengundurkan diri, empat bulan sebelum masa jabatannya berakhir. Dia mengatakan bahwa sulit untuk melihat akal sehat dan keadilan runtuh, dan bahwa perannya dalam penuntutan telah berakhir.

Presiden Moon Jae-in menerima pengunduran dirinya 1 jam 15 menit setelah surat itu diserahkan.

Karir Baru dalam Politik

Pukul 1 siang pada 29 Juni 2021, Yoon Suk-yeol secara resmi mengumumkan pencalonannya untuk pemilihan presiden ke-20 di Maehun Yun Bong-Gil Memorial Hall.

Selama konferensi pers, Yoon Suk-yeol, dengan ekspresi tegas di wajahnya, mengkritik pemerintahan Moon Jae-in dan partai yang berkuasa sebagai “rezim yang dengan arogan menginjak-injak hukum dan akal sehat.”

Sekitar empat bulan kemudian, dia terpilih sebagai calon presiden dari oposisi utama People Power Party, mengalahkan politisi senior Hong Joon-pyo.

Namun, kampanyenya sebagai presiden tidak berjalan mulus. Yoon Suk-yeol sering diekspos sebagai pemula dan nous politik, dengan kesalahan berulang dan konflik dengan pemimpin partai Lee Jun-seok. Namun di kotak suara, kegigihannya kembali terbayar.

“Saya tidak punya pengalaman politik. [Tapi] publik telah melihat semua yang saya alami dalam proses mewujudkan keadilan dan supremasi hukum," kata Yoon Suk-yeol saat mencalonkan diri sebagai presiden.

Menurutnya, politik adalah tentang memecahkan masalah kehidupan masyarakat yang tertunda dan mempersiapkan masa depan.

“Keadilan dan hukum adalah nilai-nilai dasar yang penting dalam memecahkan masalah kita yang tertunda dan mempersiapkan masa depan,” tambahnya dengan tegas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Sumber : The Korean Herald
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper