Karir Dimulai Saat Usia 35 Tahun
Pada usia 35 tahun, Yoon Suk-yeol diangkat ke Kantor Kejaksaan Distrik Daegu sebagai jaksa penuntut pertama. Dia sempat pindah ke sebuah firma hukum pada 2002, tetapi setahun kemudian kembali ke pusat penuntutan. Karirnya dalam kasus-kasus terkenal dimulai setelah dia kembali bertugas ke kejaksaan.
Pada 2003, Yoon Suk-yeol membantu menangkap dan menyelidiki An Hee-jung dan Kang Geum-won, kabinet Presiden Roh Moo-hyun, atas skandal pendanaan pemilihan presiden.
Pada 2006, dia menangani kasus yang berpusat pada dana gelap Hyundai Motor. Pada 2008, Suk-yeol berpartisipasi dalam penuntutan khusus sebagai jaksa yang dikirim untuk ‘insiden manipulasi harga saham BBK,’ yang melibatkan calon presiden Lee Myung-bak.
Pada 2013 merupakan tahun paling bergejolak dalam karirnya sebagai jaksa. Pada saat itu, Yoon Suk-yeol bertugas kepala tim yang menyelidiki campur tangan National Intelligence Services (NIS) dalam pemilihan presiden 2012 dan politik dalam negeri.
Dia mengambil posisi bahwa kepala NIS Won Sei-hoon harus didakwa melanggar Undang-Undang Pemilihan Pejabat Publik, tetapi langkah itu diduga diblokir oleh mereka yang lebih tinggi dalam rantai komando.
Pada musim gugur tahun itu, Yoon Suk-yeol mengungkapkan selama audit parlemen bahwa ada ‘tekanan eksternal’ yang parah selama penyelidikan.
“Saya hanya setia pada organisasi dan tidak setia pada seseorang," ujarnya.
Setelah pengungkapan itu, Yoon Suk-yeol diturunkan pangkatnya menjadi jaksa umum di Kantor Kejaksaan Tinggi Daegu. Selama bertahun-tahun, dia ditempatkan di berbagai kantor kejaksaan provinsi.
Namun, ketika skandal korupsi besar-besaran yang melibatkan mantan Presiden Park Geun-hye, politik dan bisnis kelas berat pecah pada musim gugur 2016, Yoon Suk-yeol dibawa kembali ke pusat penuntutan.
Tim penuntut khusus diluncurkan untuk menyelidiki masalah ini, dan jaksa khusus Park Young-soo menunjuk Yoon Suk-yeol untuk memimpinnya.
Yoon Suk-yeol tanpa henti menyelidiki semua orang yang terlibat dalam skandal itu dan mendakwa mantan Presiden Geun-hye dan Wakil Ketua Samsung Electronics Lee Jae-yong.
Sebagai pengakuan atas kontribusinya, Yoon Suk-yeol naik pangkat dengan cepat dan diangkat sebagai kepala Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul oleh Presiden Moon Jae-in pada 2017.
Pada tahun-tahun berikutnya, dia menangkap mantan Presiden Lee Myung-bak dan mantan Ketua Tertinggi Pengadilan Yang Seung-tae untuk tuduhan korupsi dan manipulasi peradilan.
Pada 2019, Presiden Moon Jae-in mengangkatnya sebagai Jaksa Agung atas kinerjanya dalam menyelidiki korupsi.
Namun, hubungan Yoon Suk-yeol dengan Moon Jae-in menjadi rumit ketika Yoon Suk-yeol meluncurkan penyelidikan terhadap keluarga calon Menteri Kehakiman Cho Kuk, yang merupakan ajudan dekat Presiden Moon Jae-in.
Penyelidikan Yoon Suk-yeol atas tuduhan bahwa anggota keluarga Cho Kuk telah berinvestasi secara ilegal dalam dana ekuitas swasta dan dokumen palsu untuk penerimaan universitas menjadi beban politik bagi Cheong Wa Dae dan partai yang berkuasa, yang menunjuk Cho Kuk meskipun ada skandal.
Bahkan setelah Cho Kuk mengundurkan diri dari jabatan Menteri Kehakiman, Yoon Suk-yeol tetap berselisih dengan Moon Jae-in dengan menyelidiki dugaan intervensi Cheong Wa Dae dalam pemilihan Wali Kota Ulsan dan dugaan manipulasi evaluasi ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Wolseong No 1.
Di akhir masa jabatannya, perseteruan Yoon Suk-yeol dengan Menteri Kehakiman saat itu Choo Mi-ae atas reformasi penuntutan membuatnya mendapat dukungan dari kubu konservatif dan mereka yang menentang pemerintahan Moon Jae-in.
Pada 4 Maret 2021, Yoon Suk-yeol mengundurkan diri, empat bulan sebelum masa jabatannya berakhir. Dia mengatakan bahwa sulit untuk melihat akal sehat dan keadilan runtuh, dan bahwa perannya dalam penuntutan telah berakhir.
Presiden Moon Jae-in menerima pengunduran dirinya 1 jam 15 menit setelah surat itu diserahkan.