Bisnis.com, JAKARTA - Kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 7.010 orang pada Rabu (26/1/2022). Angka harian ini merupakan yang tertinggi sejak 7 September 2021. Epidemiolog menyebut, lonjakan kasus itu disebabkan Omicron.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan lonjakan tersebut karena penyebaran wabah varian Omicron yang saat ini tidak seluruhnya terdeteksi di masyarakat.
“Itu masih kecil dibanding angka infeksi di masyarakat,” ucap Dicky saat dikonfirmasi Bisnis, Selasa (26/1/2022).
Dikatakan, dengan kecepatannya yang menyebar, maka sangat besar potensi kasus Omicron jauh lebih banyak daripada varian Delta.
Namun, ujar Dicky, sebagaimana gelombang-gelombang pandemi sebelumnya, kemampuan Indonesia dalam menemukan kasus infeksi (deteksi dini) sangat terbatas, sehingga sangat wajar jika sedikit kasus Omicron yang ditemukan.
“Hal ini dipersulit dengan fakta mayoritas penderita akan tidak bergejala atau hanya bergejala ringan ditambah lagi dengan perilaku masyarakat kita yang lebih memilih mengobati sendiri saat sakit ringan atau sedang,” tuturnya.
Baca Juga
Untuk itu, lanjut dia, upaya mitigasi awal dapat dilakukan dengan memastikan orang-orang yang bekerja tidak memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19.
“Skrining suhu di kantor tetap bisa dilakukan selain memastikan pemanfaatan Peduli Lindungi di tempat-tempat umum atau kantor. Adanya tes berkala pada petugas pelayan publik juga akan penting dan berguna dilakukan,” ujar Dicky.
Adanya pembatasan kapasitas dalam satu ruangan atau gedung dan durasi bekerja juga menjadi penting dilakukan.
“Pola kombinasi WFH dan WFO perkantoran dan penutupan sementara waktu sekolah dan perguruan tinggi terbukti efektif diterapkan. Selain itu, pembatasan mobilitas dan interaksi setidaknya memastikan orang yang mobile dalam status imunitas lengkap (2 dosis/booster) juga sangat penting selama periode Februari dan Maret 2022,” ungkapnya.
Dijelaskan, meski mayoritas penderita bergejala ringan atau sedang, hal ini tidak menjadi jaminan bahwa pasien akan terhindar dari keparahan dan fatalitas (masuk ICU atau kematian).
Kondisi ini akan diperbesar potensinya jika pasien tidak memiliki imunitas yang memadai, baik karena belum divaksin atau belum divaksin 2 dosis menurun imunitasnya.
“Oleh karena itu, upaya memastikan capaian 2 dosis vaksin ditambah booster vaksin bagi yang telah lebih dari 5 bulan menjadi sangat urgent dilakukan terutama pada kelompok berisiko seperti lansia dan penderita penyakit hipertensi, jantung, ginjal, komorbid.
Selain itu, sangat penting dipastikan anggota keluarga sudah memenuhi minimal 2 dosis vaksin,” bebernya.
Upaya pencegahan lainnya, Dicky mengatakan adalah dengan memakai masker berkualitas tinggi (N95/KN95) karena Omicron sangat efektif menular melalui udara.
Juga, penting dilakukan perbaikan kualitas kuantitas sirkulasi dan ventilasi udara di gedung perkantoran agar udara mengalir dengan efektif (10-20 sirkulasi per jam) dan terjadi pertukaran antara udara dalam ruangan dan luar ruangan.
“Upaya lainnya juga bisa ditambah dengan penggunaan AC berpenyaring (HEPA Filter) dan atau UVC,” pungkasnya.
Omicron memiliki kemampuan bertahan lebih lama di permukaan atau lingkungan dibanding varian lainnya, maka menjaga kebersihan (disinfeksi) rumah, ruangan kerja/kantor dan tempat2 umum menjadi sangat penting dilakukan.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat lonjakan kasus Covid-19 sebesar 7.010 kasus baru Covid-19 pada Rabu (26/1/2022). Penambahan tersebut menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 4.301.193 terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.