Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan pihaknya belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas 100 persen untuk anak-anak sekolah dasar. Alasannya, kata Piprim, vaksinasi yang saat ini sudah dilakukan masih pada dosis satu, sehingga belum bisa dikatakan memberikan kekebalan imunitas kepada anak-anak.
“Jadi, jangan buru-buru. Kami rekomendasikan PTM bila sudah vaksin lengkap, 2 kali. Setelah itu, kita tunggu dua minggu pasca vaksin kedua. Diharapkan dengan itu, antibodi sudah cukup melindungi anak-anak dari Covid-19,” ujar Piprim dalam diskusi virtual, Selasa (4/1/2022).
Alasan lainnya, kata Piprim, usai libur Natal dan tahun baru (Nataru) kerap terjadi lonjakan kasus Covid-19 seperti tahun sebelumnya. Menurut dia, PTM 100 persen seharusnya paling cepat awal Februari. “Sudah begitu, kita baru libur Nataru. Biasanya libur Panjang Covid-19 suka meningkat tuh. Makanya, rekomendasi kami PTM aka naman jika sudah dilakukan vaksinasi dua kali atau lengkap,” tutur Piprim.
“Perhitungan kami seperti itu,” sambungnya.
Dikarenanakan PTM 100 persen sudah dimulai, Piprim meminta semua pihak harus benar-benar mengawasi PTM dengan baik, terutama penerapan protokol kesehatan. Selain itu, lanjut dia, yang tidak kalah penting adalah penafisan, agar tidak terjadi penularan.
“Jadi, jangan seperti kebakaran, baru heboh. Kita maunya kan upaya preventif, hati-hati, secara bertahap,” ujar Piprim.
Apalagi, menurut dia, dengan adanya varian Omicron yang lebih menular dibanding varian-varian Covid-19 lainnya. Dia pun berharap semua sekolah yang menerapkan PTM harus benar-benar mengawasi ventilasi udara dengan baik.
“Omicron ini sangat menular. Walaupun itu droplet namun Ketika ventilasi tidak baik, maka bisa jadi airborn di kelasnya. Harus hati-hati sekali, jendela harus terbuka. Walaupun sekolah banya yang ber-AC,” tegas Piprim.