Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kasus Covid-19 di Afrika Selatan sebagai tempat asal varian Omicron pertama ditemukan, sudah mulai menurun, kata Ketua Nasional Asosiasi Medis Afrika Selatan, Angelique Coetzee.
“Apa yang kami lihat saat ini adalah bahwa kasus kami telah melewati kurva. Jumlahnya tampak turun,” katanya seperti dikutip CNN.com, Selasa (21/12/2021).
Dia mengatakan, bahwa di Gauteng, yang merupakan pusat penyebaran virus, jumlahnya jauh lebih rendah, kata Coetzee.
Meskipun Covid-19 masih menyebar di daerah lain di negara itu karena liburan, namun secara keseluruahan jumlah kasus akan terus turun. Hanya saja, tingkat positif kasus Covid-19 masih tinggi sekitar 30 persen.
"Alasannya adalah orang-orang melakukan pemeriksaan. Ada banyak pengujian yang dilakukan. Sejak tanggal 9 Desember lebih banyak orang yang mengikuti tes daripada mendapatkan vaksin mereka.
“Varian Omicron tidak menyebabkan tingkat kematian melonjak dan kasusnya "jauh, jauh" lebih ringan daripada kasus Delta,” ujar Coetzee.
Di Provinsi Gauteng, wilayah Johannesburg, kurang dari 1 persen warga dites positif pada awal November, tapi kemudian angkanya naik menjadi 6 persen dalam hitungan dua pekan dan menjadi 16 persen beberapa hari kemudian.
Penemuan ini menimbulkan "kekhawatiran kita berada dalam gelombang Covid-19 berikutnya," kata ahli patologi molekular Allison Glass.
Dia mengatakan, bahwa dalam pikirannya berakhir sudah masa libur Desember dan Natal.
Tiga pekan kemudian apa yang ditemukan ilmuwan Afrika Selatan itu di seluruh dunia dikenal dengan nama Virus Corona varian Omicron.
Terjadinya lonjakan kasus di Gauteng bukan tidak diketahui oleh Jaringan Pemantauan Genom di Afrika Selatan (NGS-SA). Direktur NGS-SA Tulio de Oliveira segera menggelar rapat pada 23 November 2021.
Para ilmuwan kemudian dengan cepat menguji banyak sampel di Gauteng dan menemukan varian ini muncul cukup sering. Dua pekan kemudian Tulio menemukan varian ini sudah mendominasi semua kasus penularan setelah gelombang Delta di Afrika Selatan.