Bisnis.com, JAKARTA - Australia tidak akan mengirim pejabat atau politisi untuk Olimpiade Musim Dingin yang akan diadakan di Beijing pada 2022, tapi keputusan boikot diplomatik penuh akan dibuat dalam beberapa hari ini.
Keputusan itu dilaporkan Sydney Morning Herald dalam sebuah laporan pada hari ini seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (8/12).
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison sedang mempertimbangkan apakah akan bergabung dengan Amerika Serikat dengan boikot diplomatik penuh atas acara tersebut, menurut laporan itu mengutip sumber-sumber senior pemerintah.
Amerika Serikat menyatakan pejabat pemerintahnya akan memboikot Olimpiade Beijing karena kekejaman hak asasi manusia China. Keputusan itu hanya beberapa minggu setelah pembicaraan yang bertujuan untuk meredakan ketegangan hubungan antara kedua negara adidaya.
China mengatakan AS akan membayar harga untuk keputusannya dan memperingatkan tindakan pencegahan yang tegas sebagai balasan.
Australia akan mengirimkan semacam sinyal ke China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan perlakuan terhadap pemain tenis China Peng Shuai, menurut laporan Sydney Morning Herald.
Australia telah memutuskan tidak akan ada pejabat atau politisi yang berbasis di Australia yang akan menghadiri Olimpiade pada Februari, tetapi pemerintah masih mempertimbangkan apakah Graham Fletcher, Duta Besar untuk China, akan hadir, menurut surat kabar itu.
Departemen Luar Negeri Australia tidak segera menanggapi permintaan yang meminta komentar. Seorang juru bicara pemerintah kemarin mengatakan keputusan untuk mengirim diplomat ke Olimpiade belum dibuat.
Boikot formal dapat semakin memperburuk hubungan Australia dengan China, mitra dagang terbesarnya. Hubungan itu memburuk setelah Austtalia melarang Huawei Technologies dari jaringan broadband 5G pada 2018 dan menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul Covid-19. Beijing kemudian merespons dengan mengenakan tarif pada beberapa komoditas Australia.