Dunia Wartawan
Memasuki usia 17 tahun, dirinya makin terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.
Sosok Bung Tomo juga memiliki minat pada dunia jurnalisme. Hal ini dibuktikan bahwa pada 1937, dirinya bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya.
Selanjutnya, pada 1939, dia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya.
Tahun 1942—1945, pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya.
Kemudian, saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Bung Tomo memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior, Romo Bintarti. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari sensor Jepang.
Bahkan, dia menjadi pemimpin redaksi Kantor Berita ANTARA di Surabaya. Dirinya juga menjadi kepala bagian penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Pada saat itu, organisasi PRI adalah organisasi terpenting dan terbesar di Surabaya. Di Jakarta, Bung Karno meminta para pemuda untuk menahan diri dengan tidak memulai konfrontasi bersenjata.
Selanjutnya, pada Oktober dan November 1945, dirinya menjadi salah satu pemimpin yang sangat penting. Hal ini dikarenakan karena berhasil menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya.
Penyebabnya, pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa.