Bisnis.com, JAKARTA - Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) Rahmat Hidayat Pulungan angkat bicara ihwal kontroversi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada saat Peringatan Hari Santri yang diadakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU yang viral di media sosial.
Menurut Rahmat, pernyataan Menag Yaqut jika ditinjau dari Ushul Fikih, punya dua makna yaitu umum dan khusus, tergantung dilalah-nya atau penunjukannya.
"Apa yang disampaikan Menteri Agama secara teks dan konteks tujuannya adalah untuk khusus bukan bermakna umum," kata Rahmat kepada Bisnis di Jakarta, Senin (25/10)/2021.
Rahmat menjelaskan bahwa Menteri Agama saat itu berbicara dalam konteks acara RMI di hadapan santri-santri Nahdlatul Ulama, sehingga apa yang diucapkannya adalah sebuah motivasi untuk santri NU.
"Jadi wajar saja kalau Menteri Agama memberikan motivasi kepada Santri dan NU dengan segala kebesarannya, harus bisa menjadi penggerak kemajuan dan pemersatu bangsa," ujarnya.
Dia juga mengakui selama ini Kementerian Agama dianggap identik dengan Nahdlatul Ulama karena selama pemerintahan Soekarno, kader-kader NU banyak yang dipilih Presiden atau Perdana Menteri saat itu sebagai menteri agama.
Dia mencontohkan seperti KH Wahid Hasyim yang menjabat sebagai Menteri Agama sebanyak tiga kali pada era Presidensiil, RIS, dan era kabinet Natsir dan Soekiman.
Bahkan, menurut Rahmat, KH Maskur dipilih empat kali sebagai Menteri Agama dalam kabinet yang berbeda-beda.
Namun, selama 32 tahun masa Orde Baru Soeharto meminggirkan dan diskriminatif terhadap ormas Islam terbesar di Tanah Air tersebut. Menteri Agama saat Orba dipegang dari kalangan militer dan non-NU.
"Banyak lembaga pendidikan NU tidak diakui oleh negara dalam hal ini Kementerian Agama, tindakan ini kan diskriminatif, padahal kontribusi pesantren kepada bangsa dan negara luar biasa, maka sudah sepantasnya kalau Menteri Agama dari NU harus bisa mengafirmasi apa yang menjadi kebutuhannya dalam konteks meningkatkan kualitas SDM pesantren dan madrasah," ujarnya.
Rahmat mengatakan bahwa pernyataan Menag Yaqut itu juga sudah sesuai dengan pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj pada acara pelantikan Pengurus Cabang NU Tegal pada hari Minggu 17 Oktober 2021 lalu yang minta semua jabatan agama di Indonesia diberikan kepada NU.
"Menteri Agama bicara begini karena di Forum Hari Santri, yang ngundang pun RMI PBNU. Jadi kalau pernyataan ini diributkan oleh Sekjen PBNU, kita malah bingung. Kok tidak nyambung antara Sekjen dan Ketua Umum," tuturnya.
Menurutnya, seharusnya warga NU bangga karena Gus Yaqut ini banyak melakukan terobosan dan tindakan yang tidak populer karena mendorong Kemenag jadi mesin yang menggerakan kehidupan moderasi beragama di Indonesia dan terus menggaungkan Kementerian Agama harus melayani semua agama dan berlaku adil.
"Inikan sesuai dengan cita-cita NU," katanya.
Gus Yaqut, kata Rahmat, representasi kader NU yang selama menjadi Menag banyak mendapatkan apresiasi dari publik dengan segala gagasan dan tindakan. Publik yang tadinya pesimis dengan eksistensi kader NU sekarang malah optimis dan respek kepada semua kader NU.
"Publik hari ini jadi ketawa, yang ngundang dia, kok yang buat ramai malah dia sendiri. Ini sebenernya dagelan atau sentimen?," ujarnya.