Bisnis.com, JAKARTA - Para wakil pemerintahan Afghanistan dan Myanmar menarik diri sebagai pembicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada menit terakhir di tengah perselisihan tentang siapa yang harus mewakili negara-negara tersebut.
Kedua negara sama-sama mengalami penggulingan pemerintah yang berkuasa pada awal tahun ini.
Perwakilan Afghanistan di PBB era sebelum Taliban berkuasa, Ghulam Isaczai seharusnya bepidato kemarin waktu setempat. Akan tetapi, stafnya memberi tahu PBB pada menit terakhir, bahwa dia tidak akan lagi berbicara, menurut Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric seperti dikutip CNN.com, Selasa (28/9/2021).
"Ini tidak mengubah fakta bahwa perwakilan Afghanistan tetap sama," kata Dujarric.
Perebutan siapa yang mewakili Afghanistan dimulai pekan lalu ketika Taliban mengirim permintaan kepada PBB untuk menggantikan Isaczai dengan utusan mereka sendiri, Mohammad Suhail Shaheen, seperti yang dilaporkan CNN pekan lalu.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan, Isaczai terus mengadvokasi negaranya, bertemu dengan utusan asing dan bahkan menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk menekan Taliban agar membentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
Baca Juga
Komite Kredensial PBB diperkirakan akan membahas masalah tersebut pada sidang bulan November.
Hal yang sama juga terjadi dengan sengketa tingkat tinggi lainnya antara perwakilan Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun.
Dia ditunjuk oleh pemerintah sebelumnya sebelum junta militer merebut kekuasaan dalam kudeta awal tahun ini.
Kyaw Moe Tun juga dijadwalkan untuk berbicara pada hari Senin, tetapi mengkonfirmasi kepada CNN, bahwa dia telah mengundurkan diri.
"Minggu lalu kami memberi tahu sekretariat penarikan Myanmar dari daftar pembicara. Kami tidak akan berbicara hari ini, sesuai dengan daftar yang direvisi," katanya.
Dia menolak mengomentari alasannya, tetapi mengutip laporan Kebijakan Luar Negeri yang menggambarkan kesepakatan yang ditengahi AS-China untuk menunda pemberian kredensial PBB kepada junta militer Myanmar.
Ada kesepahaman antara Rusia, China dan Amerika Serikat mengenai Myanmar untuk tidak berbicara selama Duta Besar Kyaw Moe Tun tetap menjabat, ujar seorang diplomat PBB secara terpisah.
"Saya mundur dari daftar pembicara demi mempertahankan kursi untuk rakyat Myanmar," kata Kyaw Moe Tun.