Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi jaringan kualitas udara Nafas menghadirkan solusi bagi sekolah untuk menjaga kualitas udara saat menggelar pembelajaran tatap kuka (PTM) terbatas.
Co-Founder dan Chief Growth Officer of Nafas Piotr Jakubowski mengatakan perusahaan merilis fungsi baru dalam aplikasi yang menggabungkan fungsi pemantauan, ventilasi serta penyaringan udara dalam satu platform terintegrasi.
“Tiga strategi utama tersebut termasuk pengukuran kadar CO2 dan PM2.5 secara real time di dalam ruang kelas, pengaktifan ventilasi ketika kadar CO2 dalam level tidak sehat, dan penyaringan udara dengan menggunakan filtrasi udara berteknologi HEPA,” tuturnya lewat diskusi virtual, Sabtu (25/9/2021).
Dia melanjutkan, ketiga strategi ini dapat diakses di ekosistem dari hulu ke hilir Nafas melalui aria AirTest monitor yang akan mengukur kualitas udara dalam ruangan (CO2/PM2.5), Pure40 Purifier aria yang menggabungkan teknologi HEPA untuk membersihkan udara serta dapat dikontrol secara penuh melalui aplikasi nafas.
Terlepas dari ada atau tidaknya pandemi Covid-19, dia menilai keberlangsungan ekosistem sekolah yang aman harus diimplementasikan, mengingat udara bersih akan berpengaruh besar dalam jangka panjang terhadap kualitas hidup seseorang pascapandemi berakhir.
“Pandemi menjadi titik balik dan pengingat kita bersama akan pentingnya kualitas udara bersih. Terutama dengan tingkat polusi di Jakarta, sudah saatnya kita menciptakan ruang hidup dengan kualitas udara lebih baik untuk anak cucu kita di masa depan, dengan atau tidak adanya pandemi,” tuturnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia melihat bahwa pemantauan CO2, ventilasi, dan penyaringan udara bukan hanya sebatas jargon selama pandemi, melainkan strategi manajemen kualitas udara jangka panjang demi memastikan kehidupan yang lebih berkualitas ke depannya.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto menyebut, menjaga kualitas udara selama pembukaan sekolah adalah langkah penting yang harus dilakukan.
Dia melihat potensi dampak belajar dari rumah terhadap perkembangan kognitif dan psikologis anak dalam jangka panjang yang belum efisien diterapkan di Indonesia.
Di sisi lain, setiap sekolah harus memastikan lingkungan belajar yang aman, apalagi dengan sifat Virus Corona yang dapat menular lewat udara (airborne).
“Di sinilah peran krusial dari strategi manajemen kualitas udara dalam memastikan keamanan anak-anak kita ketika belajar di dalam ruangan kelasnya,” katanya.