Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, FX Sudirman menyampaikan produksi massal vaksin Merah Putih ditargetkan dilakukan pada semester II/2022.
Menurutnya hal ini dilakukan setelah melalui berbagai uji pra klinis, hingga uji klinis dalam tiga fase tingkatan.
“Kami harapkan produksi massal vaksin merah putih untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 masyarakat indonesia mulai 2022,” katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (15/9/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini PT Biotis dan Universitas Airlangga sedang melakukan uji coba ke hewan Macaca atau primata yang ditargetkan selesai pada 30 September 2021.
“Mudah-mudahan hasilnya baik sehingga kita bisa siapkan uji klinis ke manusia dengan tiga fase,” katanya.
Diketahui, uji klinis pada manusia ada dalam tiga fase, yakni fase pertama bagi 100 orang, fase kedua untuk 400 orang, dan fase ketiga untuk 3000 orang.
Sudirman mengatakan jika hasilnya menunjukkan tren positif, maka masih perlu dilakukan upscaling untuk pilot production sehingga setelah itu bisa ditingkatkan lagi ke produksi massal.
Namun, dia melanjutkan bahwa tantangan saat ini adalah terkait alat dan barang pendukung untuk memenuhi produksi masal tersebut. Adapun, bahan baku yang mayoritas berasal dari luar Negeri menjadi alasan lambatnya produksi Vaksin Merah Putih.
"Lambatnya produksi karena resiliensi dari logistik dan rantai pasok. Ini memang merupakan kelemahan yang cukup besar karena hampir semua bahan baku pembuatan vaksin itu harus impor,"
Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk bibit vaksin atau isolat vaksin yang digunakan sebagai produk Vaksin Merah Putih memang berasal dari Indonesia, tetapi reagen, media, dan peralatannya sebagian besar impor dari luar negeri.
Oleh sebab itu, dia melanjutkan hal tersebut menjadi alasan industri farmasi di luar negeri dapat lebih cepat dalam menyediakan vaksin. Sebab, setiap pemain bisa mengamankan logistik dan rantai pasok yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan untuk membuat vaksin.
Saat ini, Biotis membuat Vaksin Merah Putih bersama dengan Universitas Airlangga (Unair). Perusahaan juga tengah mempelajari bagaimana produsen dari luar negeri bisa membuat vaksin Covid-19 dengan cepat agar formula tersebut dapat dilakukan dan ditiru.
"Kami mempelajari mereka tidak memanfaatkan fasilitas yang baru, tetapi menggunakan fasilitas yang lama karena jika membuat [fasilitas] yang baru perlu waktu. Saya rasa untuk bikin satu fasilitas perlu waktu 2—3 tahun dan itu pasti tidak akan tercapai," tuturnya.
Dia menambahkan, perusahaan juga mempelajari bagaimana pemain global bisa demikian cepat dari riset sampai memasarkan vaksinnya atau menyuntikkan vaksinnya kepada masyarakat dunia.