Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah sekolah telah menerapkan metode pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sejak 30 Agustus 2021.
Artinya, para siswa berangkat ke sekolah seperti biasa dan belajar di sekolah bersama para guru serta teman-temannya.
Namun, penggunaan masker oleh siswa yang melorot menjadi temuan yang sering terjadi selama penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) di berbagai daerah.
Hal tersebut tentu menjadi sangat mengkhawatirkan karena berpotensi penyebaran Virus Corona.
Dokter Spesialis Anak dan Pakar Psikologi Perkembangan Profesor Dokter Soedjatmiko mengatakan, bahwa orangtua mempunyai tanggung jawab dalam pembiasaan penerapan protokol kesehatan pada anak dengan benar.
“Orangtua harus menyiapkan memakai masker dengan benar. Menutup mulut, menutup dagu, pipi, tidak longgar dan tidak melorot waktu ngobrol. Itu kuncinya,” ujar Soedjatmiko webinar bertema “Apakah Aman Anak untuk Bersekolah?” yang digelar PB IDI, Sabtu (12/9/2021).
“Jadi jangan mendadak. Besok pembelajaran tatap muka, baru hari ini dilatih. Besok baru 10 menit saja sudah dilepas oleh anak. Jadi harus dilatih beberapa minggu sebelumnya,” sambungnya.
Dikatakan, orangtua wajib memberi contoh dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Bahkan, dalam proses pembiasaan tersebut, anggota keluarga mempraktikkan memakai masker di rumah.
“Supaya di sekolah biasa. Ketika ada teman-temannya deket deket, hei.. jangan dekat-dekat. Harus diberi contoh, anak prinsipnya harus diberi contoh. Kemudian dipuji. Anak suka dipuji,” jelas Soedjatmiko.
Pihak Sekolah
Dalam observasinya, penerapan prokes pada anak 10 tahun ke atas relatif lebih mudah. Berbeda dengan anak yang berada di kelas 1 atau 2 Sekolah Dasar.
Seodjatmiko mengatakan, pihak sekolah harus menyiapkan ruangan sesuai prokes. Seperti jarak meja/kursi antar murid 1 meter lebih, jendela yang terbuka, permukaan meja dan kursi dibersihkan (disinfektan) sebelum memulai pembelajaran dan setelah pembelajaran.
“Tak lupa, sekolah harus membuat aturan-aturan seperti dilarang bersalaman dan makan bersama. Kalau tidak diatur begitu pas datang ngobrol, hei masker kamu bagus. Eh ujung-ujungnya pinjem-pinjeman masker,” ujar Soedjatmiko.
“Dan, di halaman tidak ada yang jual makanan dan mainan. Sehingga anak tidak berkerumun disitu. Sekolah harus bikin aturan langsung berbaris. Kemudian dikasih tanda di lantainya. Anak-anak pasti seneng, ada tanda kuning misalnya,” lanjut Soedjatmiko.