Bisnis.com, JAKARTA -- Banyak momentum atau peristiwa sejarah terjadi pada tanggal 12 September. Salah satu kejadian 'kelam' yang pernah terjadi pada tanggal tersebut adalah peristiwa 'Tanjung Priok' 37 tahun yang lalu.
Peristiwa 'berdarah' di Tanjung Priok, kalau menurut catatan resmi, telah merenggut nyawa sebanyak 24 orang. Namun demikian, estimasi lembaga yang lebih independen, jumlah korbannya lebih dari itu, bahkan konon ratusan orang.
Tanjung Priok berdarah adalah salah satu peristiwa kelam yang terjadi pada masa kejayaan Orde Baru. Catatan sejarah menyebutkan bahwa salah satu sosok yang bertanggungjawab atas terbunuhnya puluhan hingga ratusan itu itu Jenderal TNI Leonardus Benny Moerdani, atau Benny Moerdani.
Benny Moerdani adalah orang kepercayaan Orde Baru. Salah satu jenderal yang sangat dekat dengan pemimpin Orde Baru, Soeharto.
Peristiwa Tanjung Priok adalah ekses gesekan antara aparat (ABRI) dengan para tokoh dan rakyat di kawasan utara Jakarta tersebut. Kejadian itu dipicu oleh tingkah laku seorang prajurit ABRI, yang masuk ke Masjid meminta pengurus masjid menghapus propaganda yang mengkritik pemerintah.
Amarah warga terpancing karena prajurit tersebut masuk masjid tanpa melepas sepatunya. Warga kemudian menyerang prajurit dan membakar motornya. Dua hari peristiwa semakin panas.
Warga semakin tegas menolak Pancasila sebagai asas tunggal atau asas tunggal Pancasila. Massa yang cukup besar kemudian mengepung kantor militer. Insiden kemudian pecah.
Aparat mulai menembaki warga yang berkerumun. Akibatnya puluhan hingga ratusan orang meninggal. Banyak versi yang beredar mengenai jumlah korban dari 24 orang tewas hingga ratusan orang.
Meski demikian, peristiwa berdarah di Tanjung Priok ini tak benar-benar terungkap. Elit atau aktor intelektual tak pernah diadili. Sampai sekarang, peristiwa kelam tersebut masih menumpuk dan tak kunjung diselesaikan oleh otoritas yang berwenang.