Bisnis.com, JAKARTA - LaporCovid-19 menilai angka kematian harus dilihat sebagai indikator penting penanganan pandemi Covid-19.
Angka kematian jangan hanya dilihat sebagai angka belaka.
“Bisa saja santai, namun risiko kematian tidak bisa ditawar. Tingkat keparahan pandemi di level daerah jauh lebih parah, apalagi sikap acuh tak acuh warganya. Artinya, apa yang tampak baik-baik saja di permukaan hanyalah kesemuan belaka,” tulis Lapor Covid di akun Twitter @LaporCovid-19, Kamis (2/9/2021).
Tercatat, saat ini Kota Semarang memimpin sebagai daerah dengan angka kematian tertinggi dengan lebih dari 6 ribu jiwa.
Sementara itu, ada 40 kabupaten/kota yang memiliki lebih dari seribu kematian pada minggu ketiga Agustus 2021.
Selain Semarang, ada beberapa daerah yang angka kematian akibat Covid-19 relatif tinggi di antaranya Jakarta Timur sebesar 3.938, Surabaya 2.296, Depok (Jabar) 1.999, Jakarta Utara (DKI) 1.803, Klaten (Jateng) 1771, Balikpapan (Kaltim) 1750, Karawang (Jabar) 1.770, Sleman (DIY) 1.740, Jakarta Pusat (DKI) 1.596.
Baca Juga
Satgas Covid-19 mengakui Indonesia masih menyisakan pekerjaan rumah (PR) untuk menurunkan angka kasus kematian akibat Covid-19. Sebab, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih berada di atas rata-rata dunia.
"Persentase kasus aktif di Indonesia saat ini lebih rendah dari angka dunia, angka kesembuhan kita di atas rata-rata dunia. Tapi saya sepakat bahwa kita memang masih punya PR di angka kematian yang masih di atas angka rata-rata dunia," ujar Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, dalam agenda konferensi pers virtual, Rabu (1/9/2021).