Bisnis.com, ,JAKARTA--Taliban telah merebut ibu kota provinsi keenam di Afghanistan dalam empat hari seiring kemajuan kelompok itu mendapatkan momentum serangan.
Juru bicara kelompok bersenjata itu kemarin mengirim pesan ke media yang mengklaim telah menguasai Aybak, ibu kota provinsi utara Samangan. Wakil gubernur provinsi Samangan telah mengkonfirmasi pengambilalihan tersebut.
Taliban “dalam kendali penuh”, katanya, tak lama setelah juru bicara Taliban mencuit bahwa semua instalasi pemerintah dan polisi di Aybak telah “dibersihkan”.
Kelompok bersenjata itu mengatakan para pejuangnya sekarang menguasai kompleks gubernuran, direktorat intelijen, markas besar polisi dan semua gedung resmi lainnya di kota itu.
Aybak adalah ibu kota provinsi utara kelima yang jatuh ke tangan Taliban dalam waktu kurang dari seminggu, dan ibu kota keenam secara keseluruhan di negara itu sebagaimana dikutip Aljzeera.com, Selasa (10/8).
Jatuhnya Samangan akan menambah tekanan pada pasukan keamanan Afghanistan yang sudah disebarkan. Pasukan komando dan cadangan telah dikirim ke lima provinsi lain yang ibukotanya telah jatuh, yakni Kunduz, Takhar, Jowzjan, Sar-e-Pol, Nimruz. Mereka juga dikirim ke provinsi Herat, Kandahar dan Helmand. Kelompok itu mengatakan bahwa mereka bergerak di Mazar-i-Sharif, kota terbesar di Afghanistan utara.
Sejak Minggu hingga sepanjang hari kemarin, laporan datang dari distrik utara provinsi Balkh, Badakhshan dan Panjshir bahwa Taliban tengah mendekati ibu kota mereka.
Tidak seperti Jowzjan, Kunduz dan Sar-e-Pol, Samangan pernah dikenal sebagai salah satu provinsi teraman di Afghanistan dengan sedikit kehadiran Taliban.
Namun, tiga tahun terakhir kehadiran kelompok bersenjata itu berkembang di provinsi tersebut.
Pada hari Minggu, Kementerian Pertahanan mengklaim pasukan pemerintah telah meluncurkan operasi pembersihan di Kunduz, tetapi penduduk yang berbicara kepada Al Jazeera mengatakan bahwa Taliban menghabiskan sebagian besar hari Senin untuk mencoba lebih dekat ke bandara itu.
Menurut sumber di lapangan, kelompok bersenjata telah berhasil mencapai 3 km (2 mil) dari bandara dan pertempuran berlanjut di kota itu.
Setelah jalan dari Kabul ke Kunduz telah berada di bawah kendali pemberontak selama beberapa bulan, warga khawatir bahwa pengambilalihan bandara oleh Taliban akan menjadi “bencana” dan warga kemungkinan akan dievakuasi.