Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengingatkan bahaya kebijakan yang diskriminatif terhadap vaksin jenis tertentu sebagai syarat perjalanan.
Menlu Retno mengatakan pengakuan terhadap vaksin hendaknya selalu menggunakan referensi yang diberikan oleh WHO.
"Indonesia mengingatkan bahayanya kebijakan diskriminasi terhadap jenis vaksin yang digunakan oleh negara dunia sebagai syarat dalam perjalanan," katanya dalam konferensi pers usai Pertemuan Menteri Luar Negeri Asean pada Senin (2/8/2021).
Seperti diketahui, saat ini jenis vaksin yang sudah mendapat rekomendasi resmi dari WHo di antaranya adalah Pfizer/BioNTech, AstraZeneca/Oxford COVID-19 yang diproduksi AstraZeneca-SKBio (Korea Selatan dan Serum Institute of India, Ad26.COV2.S yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson.
Selain itu, vaksin Sinopharm yang diproduksi oleh Beijing Bio-Institute of Biological Products Co Ltd dan Sinovac-CoronaVac yang diproduksi Sinovac/China National Pharmaceutical Group.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno juga mendorong perlunya penyusunan mekanisme dose-sharing untuk mempercepat vaksinasi di negara-negara Asean.
Baca Juga
Saat ini Indonesia telah memberikan kontribusi kepada Covid-19 ASEAN Response Fund.
Agenda utama pertemuan tersebut adalah membahas implementasi 5 Poin Konsensus terkait Myanmar yang masih jalan di tempat. Indonesia mendorong penunjukan utusan khusus yang dapat memediasi antara pihak junta militer dan pro demokrasi.
Saat ini Menlu Retno sedang berada di Washington DC untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu AS Antony Blinken.