Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serba Langka Barang 'Penyambung Nyawa' di Tengah Pagebluk

Seperti yang dialami oleh Rizki, sudah dua hari dirinya berkeliling Kota Bekasi mencari tabung oksigen untuk pamannya yang terinfeksi Covid-19 lima hari lalu.
Pekerja menata tabung oksigen medis di salah satu agen isi ulang oksigen, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/6/2021)./Antara-Novrian Arbi
Pekerja menata tabung oksigen medis di salah satu agen isi ulang oksigen, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/6/2021)./Antara-Novrian Arbi

Bisnis.com, BEKASI - Kasus Covid-19 yang meroket selama beberapa pekan belakangan berimbas pada kelangkaan sejumlah produk di pasaran. Mulai dari oksigen beserta peralatan pendukungnya, obat-obatan tertentu, suplemen makanan, hingga susu kemasan merek tertentu yang diklaim mampu meningkatkan daya tahan tubuh peminumnya.

Seperti yang dialami oleh Rizki, sudah dua hari dirinya berkeliling Kota Bekasi mencari tabung oksigen untuk pamannya yang terinfeksi Covid-19 lima hari lalu. Walaupun kondisinya terbilang stabil dan hanya perlu isolasi mandiri di rumah, keluarganya khawatir kondisinya tiba-tiba memburuk.

Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari tabung oksigen sebagai langkah antisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Mau cari saja, takut ada apa-apa nanti malah enggak ada. Apalagi dia punya [riwayat penyakit] jantung. Melihat [kondisi] rumah sakit kaya sekarang jangan berharap bisa ditangani dengan baik lah kalau emergency,” katanya ketika ditemui di Sentra Obat-Obatan dan Alat Kesehatan Pasar Proyek Bekasi, Jumat (9/7/2021).

Pencariannya hari itu belum membuahkan hasil, demikian halnya dengan upayanya mencari di platform jual beli daring. Satu-satunya harapan adalah kabar dari seorang rekan di luar kota yang masih menyimpan sebuah tabung oksigen berkapasitas 2m3.

“Semoga boleh dipinjam, ongkos kirim mahal enggak apa-apa. Saya enggak mau kejadian kaya yang udah-udah, enggak dapat oksigen, akhirnya enggak tertolong,” ujarnya.

Di tempat yang sama ada Andri yang mencari obat-obatan untuk ayahnya yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan. Adapun, obat yang masih belum dia dapatkan adalah Oseltamivir 75 mg.

Adapun, untuk obat-obatan lain dan multivitamin yang dibutuhkan ayahnya sudah berhasil didapatkan berkat bantuan rekan-rekannya dan pencarian lewat platform telemedik.

“Kemarin dapat Azitromisin dari teman, dia enggak sakit tetapi punya persediaan lumayan buat jaga-jaga katanya. Repot juga sebenarnya kalau orang-orang model teman saya ini banyak. Kelabakan yang betulan sakit,” ungkapnya.

Titin, salah satu penjaga kios obat-obatan dan suplemen makanan mengungkapkan beberapa pekan terakhir permintaan obat-obatan yang diklaim mampu mengobati Covid-19 dan suplemen makanan, utamanya vitamin C dan vitamin D dosis tinggi melonjak.

Bahkan tak jarang, satu pembeli membeli dalam jumlah sangat banyak. Dia mengaku tak mau ambil pusing dengan pembeli macam itu.

“Ada yang bilang buat dibagi ke karyawannya, ada yang buat keluarganya, mau buat stok aja. Kita yang penting jual aja [dengan] harga normal. Kalau memang ditimbun terus dijual lagi ya urusan mereka. Kalau toko-toko di sini enggak begitu,” tuturnya.

Serba Langka Barang 'Penyambung Nyawa' di Tengah Pagebluk

Ivermectine./Istimewa

Bicara mengenai kelangkaan oksigen beserta alat pendukungnya dan obat-obatan untuk pasien Covid-19, pada Kamis (9/7/2021) Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menyatakan pihaknya telah menangkap pelaku penimbun dari barang-barang “penyambung nyawa” itu.

Para pelaku terbagi ke dalam tiga kelompok yang tak dijelaskan secara rinci berapa jumlah dan identitasnya. "Kami sudah tangkap tiga kelompok ya, baik itu Avigan, Ivermectin, dan tabung oksigen," katanya.

Apa yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya merupakan tindak lanjut dari perintah Kapolri Idham Azis.

Melalui Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono, dia menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan tindakan tegas terhadap perilaku yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi sulit seperti saat ini.

"Isu tentang kelangkaan obat, kelangkaan oksigen tabung, dan tentunya menjadi perhatian dari Polri bagaimana isu itu bisa ditanggulangi," tegasnya.

Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Guntur Saragih menyatakan pihaknya telah menindaklanjuti laporan mengenai kelangkaan dan kenaikan harga yang sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET) lewat langkah hukum berupa pemanggilan.

Langkah tersebut diperlukan untuk memastikan apakah terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh produsen atau distributor. Apabila benar demikian, sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sudah menanti.

"Denda maksimum yang bisa diberikan KPPU adalah 10 persen dari sales di pasar bersangkutan atau 50 persen dari keuntungan dari pasar yang bersangkutan,” ujarnya.

Bantuan dari Luar Negeri

Untuk memenuhi, tingginya kebutuhan oksigen di dalam negeri pemerintah akan menyiapkan tambahan hingga 10.000 oksigen konsentrator yang mana 30 unit diantaranya datang pada Jumat (9/7/2021) dari Singapura.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan selain oksigen konsentrator, pemerintah juga akan mendatangkan 7 unit oksigen generator dan 36.000 ton oksigen untuk memenuhi kebutuhan 30 hari kedepan.

Bersamaan dengan datangnya 30 unit oksigen konsentrator yang dikirim melalui udara, datang juga bantuan ratusan ventilator, tabung oksigen kosong, alat bedah, dan alat pelindung diri (APD) dari Pemerintah Singapura.

“Jadi bukan hanya bantuan atau donasi saja, tetapi juga ada alat kesehatan yang dibeli oleh pemerintah,” tegas Luhut.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan telah mengamankan tambahan produksi oksigen dan pengadaan isotank untuk mengatasi permasalahan menipisnya stok oksigen di sejumlah rumah sakit.

"Kami telah mengamankan produksi tambahan oksigen sehingga total suplai harian menjadi 2.622,9 ton/hari, 132 truk isotank pengangkut oksigen, 15.906 tabung oksigen, 8.100 unit oxygen concentrator, dan 9 deployable oxygen concentrator system,” katanya pada Jumat (9/7/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper