Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan varian Delta dari SARS-CoV-2 kini telah terdeteksi di sedikitnya 104 negara.
Dalam beberapa bulan mendatang, WHO menilai mutasi Covid-19 tersebut akan menjadi varian dominan secara global setelah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang rendah hingga tinggi.
Varian Delta kini menjadi penyebab gelombang kedua virus yang ganas di India, dengan infeksi baru harian pada bulan itu melebihi 400.000.
Puluhan negara termasuk Afrika Selatan, Bangladesh, Indonesia, Thailand telah menerapkan larangan perjalanan baru atau pembatasan yang lebih ketat dalam upaya menghentikan penyebaran virus.
Varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020. Hingga 1 Juni, sudah menyebar ke 62 negara. Dua minggu kemudian, telah ditemukan di 80 negara dan pada 4 Juli jumlahnya meningkat menjadi 104. Kazakhstan, Laos, Latvia, Lebanon, Namibia, Oman, dan Sierra Leone adalah negara terbaru yang mengonfirmasi keberadaan varian Delta.
Seperti semua virus, coronavirus SARS-CoV-2 berkembang. Terkadang, varian baru ini muncul dan kemudian menghilang. Di lain waktu, variasi memungkinkan virus menyebar lebih mudah dan cepat yang dapat menyebabkan lebih banyak kasus Covid-19.
Baca Juga
Peningkatan kasus telah menciptakan beban yang lebih besar pada sumber daya kesehatan suatu negara dan dapat menyebabkan lebih banyak rawat inap dan kematian.
WHO telah mengidentifikasi empat varian yang menjadi perhatian yakni Alpha, Beta, Gamma dan Delta serta empat varian yang menarik yakni Eta, Iota, Kappa dan Lambda. Varian Delta diperkirakan antara 40 dan 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, menurut sejumlah penelitian.
WHO menyatakan lebih banyak data penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah varian Delta menyebabkan kasus yang lebih parah daripada varian lain yang diketahui.
Pada saat yang sama, Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mendesak pemerintah untuk meningkatkan dorongan vaksinasi dan meminta negara-negara kaya untuk memastikan bahwa vaksin dibagikan secara adil untuk melawan ancaman lonjakan Covid-19.
“Kabar baiknya adalah bahwa semua vaksin yang terdaftar dalam penggunaan darurat WHO melindungi berkembangnya penyakit parah, rawat inap dan kematian karena varian Delta”, kata Swaminathan seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (8/7/2021).
Swaminathan menambahkan bahwa tidak ada vaksin yang dimiliki saat ini 100 persen protektif. Karena itulah mengapa bahkan jika Anda divaksinasi, Anda bisa mendapatkan infeksi, tetapi kemungkinan Anda akan mendapatkan gejala yang sangat ringan atau tidak ada gejala sama sekali, dan kemungkinan sakit parah sangat, sangat rendah, ujarnya.