Bisnis.com, SOLO – Ridwan Kamil mengakui, bahwa berjuang untuk periode kedua jabatan Gubernur Jawa Barat (Jabar) lebih realistis ketimbang menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
Meski demikian, pria yang akrab disapa Kang Emil ini tidak menutup pintu menjadi orang nomor satu di RI.
"Kalau dua periode [menjabat Gubernur Jabar] lebih realistis. Kalau masalah nasional [menjadi capres], masih agak gelap di mata saya. Saya tahu diri," ujar Kang Emil seperti dikutip Solopos.com, saat mengisi acara di d'Rooftalk, Selasa (8/6/2021) malam WIB.
Meski belum punya pandangan untuk menjadi capres, Ridwan Kamil yakin politik bukan matematika yang bisa dihitung.
Dia belajar dari pengalaman KH Ma'ruf Amin yang sama sekali tak muncul dalam ingar bingar Pilpres 2009. Namun di-injury time justru namanya yang disandingkan mendampingi Joko Widodo (Jokowi) untuk ikut dalam kontestasi Pilpres 2019 menghadapi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Tak dipungkiri nama Ridwan Kami menjadi salah satu capres maupun cawapres potensial untuk Pemilu 2024, mengingat namanya sering masuk daftar lima tokoh nasonal teratas dengan elektabilitas tertinggi dalam sejumlah survei.
Baca Juga
Salah satu kendala besar yang dialami Ridwan Kamil adalah dirinya bukan orang partai. Artinya, dia belum memiliki kendaraan politik yang mau mengusungnya.
Sementara itu, pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mensahihkan bahwa Ridwan Kamil adalah salah satu tokoh potensial untuk diusung menjadi capres maupun cawapres di 2024.
Setidaknya Ridwan Kamil memiliki tiga modal. Pertama, adalah posisinya sebagai Gubernur Jawa Barat, provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Kedua, adalah kinerjanya mendapat apresiasi positif dari masyarakat.
"Modal ketiga adalah tingginya elektabilitas. Tidak mudah untuk bisa mendapat posisi lima besar di survei elektabilitas," ujar Adi.
"Tiga variabel inilah yang akan menjadikan Kang Emil meski tak punya partai politik, mereka akan realistis. Parpol ketika ingin bertanding dan ingin menang, mereka harus realistis. Tidak hanya ingin memaksakan mencalonkan diri."