Bisnis.com, JAKARTA –Pemasok daging terbesar di dunia asal Australia, JBS menjadi target serangan keamanan siber pada Minggu (31/5/2021) pada unit bisnisnya yang di Brasil. Hal tersebut menjadi ancaman terbaru terhadap rantai pasokan makanan global yang sebelumnya telah diguncang oleh pandemi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (1/06/2021), JBS SA menutup jaringan komputernya di Amerika Utara dan Australia setelah serangan terorganisir terhadap server. Pernyataan tersebut disampaikan perusahaan melalui email.
Tanpa mengomentari operasi pabriknya, JBS mengatakan insiden itu dapat menunda transaksi tertentu dengan pelanggan dan pemasok.
Serangan siber itu menghentikan proses produksi di salah satu pabrik pengepakan daging terbesar di Kanada, sementara Australian Financial Review sebelumnya melaporkan bahwa penyembelihan sapi dan domba telah ditangguhkan di operasi JBS di Australia. Adapun, tidak ada laporan langsung tentang gangguan pabrik di AS.
Para peretas dinilai membidik secara khusus target serangan mereka. Sebab, serangan siber terhadap JBS terjadi setelah hal serupa dialami oleh operator pipa minyak terbesar AS, Colonial Pipeline Co. pada tiga pekan silam.
Menurut juru bicara United Food and Commercial Workers Canada Union Local 401, Scott Payne, insiden serangan siber yang dialami JBS mempengaruhi pabrik daging sapi perusahaan di Kanada pada Senin (1/6/2021). Lokasi pabrik tersebut tepatnya di Brooks, Alberta, sekitar 190 kilometer timur Calgary.
Baca Juga
"Tidak ada serikat pekerja di sana,Itu berarti secara efektif operasi pabrik telah ditutup untuk hari itu,” kata Payne. Adapun, JBS tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang penutupan pabrik Kanada.