Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 India Naik, New Delhi Sediakan 13,4 Juta Vaksin Gratis

Pemerintahan New Delhi memberikan vaksin antivirus Corona secara gratis dengan periode vaksinasi dimulai pada 1 Mei 2021.
India kekurangan stok Vaksin Covid-19. /Antara-Reuters
India kekurangan stok Vaksin Covid-19. /Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah negara bagian New Delhi langsung mengumumkan penyediaan vaksin gratis untuk masyarakat di atas 18 tahun setelah kasus Covid-19 di negara tersebut melonjak.

Pemerintahan Ibu Kota India tersebut akan memberikan vaksin antivirus Corona secara gratis yang jumlahnya mencapai 13,4 juta dosis. Vaksinasi itu rencananya akan dimulai pada 1 Mei 2021.

“Hari ini kami telah memberikan persetujuan untuk pembelian 1,34 crore vaksin. Kami akan mengupayakan agar segera dibeli dan dididtribusikan sesegera mungkin kepada masyarakat," kata Ketua Menteri Arvind Kejriwal seperti dilansir Indian Express, Senin (26/4/2021).

Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengumumkan lockdown di Ibu Kota akan diperpanjang sepekan ke depan hingga pukul 5 pagi pada 3 Mei.

Seperti diketahui, India melaporkan penambahan kasus Covid-19 baru hingga 352.000 orang pada Senin (26/4/2021). Pada saat yang sama, kasus kematian bertambah 2.812 orang.

Dengan demikian, total kasus virus Corona mencapai 17,3 juta kasus dan 2,8 juta kasus masih aktif. Sebanyak 195.000 orang telah meninggal.

Adapun, AS, Inggris dan Uni Eropa telah berjanji untuk mengirim bantuan berupa bahan baku vaksin, tabung oksigen, dan konsentrator oksigen.

Bloomberg melaporkan bahwa Perdana Menteri Narendra Modi mendapat banyak kritik terkait dengan penanganannya terhadap pandemi yang membhayakan 1,3 miliar populasinya. Dalam jajak pendapat terakhir yang diambil pada bulan Januari, Modi mencatatkan penurunan popularitas dari 78 persen menjadi 74 persen pada Agustus lalu.

“Tidak diragukan lagi ada luapan amarah atas mismanagement dalam menghadapi krisis Covid-19 di India,” kata Nikita Sud, pengajar pembangunan internasional di Universitas Oxford.

“Pertanyaannya adalah, apakah amarah ini akan mengalahkan kebencian yang telah ditanamkan secara sistematis dalam masyarakat kita selama bertahun-tahun? Dan akankah ingatan publik bertahan cukup lama hingga kemarahan terkait pandemi tampak pada saat pemilu?" lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper