Bisnis.com, JAKARTA – Baru-baru ini, Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Menular (CDC) di China mengungkapkan bahwa vaksin yang diproduksi di China tidak memiliki kemampuan perlindungan yang cukup tinggi.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, bahwa hal itu bisa diterima lantaran vaksin merupakan produk biologis baru dan diproduksi dalam waktu singkat.
“Jadi, sangat mungkin kalau ada kekurangan,” kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Selasa (13/4/2021).
Terkait kemungkinan masyarakat harus divaksinasi ulang untuk menambah perlindungan, Wiku mengatakan saat ini pemerintah masih mempelajari dan terus melakukan penelitian terkait efektivitas vaksin yang sudah diberikan.
“Atas informasi dari China, pemerintah masih mempelajari dan menunggu rekomendasi dan keputusan dari BPOM dan ITAGI sebagai yang berwenang memutuskan dan menijau penggunaan vaksin Covid-19,” jelasnya.
Wiku menuturkan, terkait dengan distribusi vaksin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia sudah mempertimbangkan beberapa aspek yaitu kesakitan diidentifikasi sebagai penyebab darurat kesehatan nasional, ada data hasil uji klinis dan efikasi yang memadai, kualitas yang memenuhi standar dan metode manufaktur obat, lebih besar keuntungan daripada risiko, dan tidak ada obat alternatif.
Baca Juga
“Vaksin Sinovac sudah dilakukan uji klinis dan mendapat EUA dari BPOM dan terbukti aman dan ampuh. Adapun, imun yang diproduksi Sinovac dari uji klinis di Indonesia masih bisa diterima pada 65,3 persen. Penelitian terhadap vaksin juga terus berjalan, dan saat ini vaksinasi masih berjaalan sesuai rencana menggunakan vaksin yang ada,” kata Wiku.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun