Bisnis.com, JAKARTA – Badan pengawas obat Inggris (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) mencatat ada tujuh orang meninggal akibat pembekuan darah setelah menerima vaskin Covid-19 milik AstraZeneca, Sabtu (3/4/2021).
MHRA melaporkan sebelumnya pada Kamis (1/4/2021) ada sekitar 25 orang yang mengalami pembekuan darah kemungkinan karena terkait pemberian vaksin.
Dengan tambahan tersebut, total ada 30 kasus pembekuan darah usai vaksinasi, tapi belum ada indikasi berapa jumlah pastinya yang meninggal dunia karena pembekuan darah usai divaksin AstraZeneca.
Sementara itu, untuk vaksin lain seperti dari BioNTech dan Pfizer, MHRA belum mendapat laporan adanya pembekuan darah sama sekali dari para penerima vaksinnya.
Oleh karena itu, disimpulkan belum jelas apakah penyebab pembekuan darahnya dari vaksin AstraZeneca atau hanya kebetulan.
Di samping adanya tujuh kematian tersebut, MHRA menyatakan bahwa vaksin dari AstraZeneca masih termasuk aman. Pasalnya, sampai saat ini sudah lebih dari 18 juta orang menerima vaksin AstraZeneca sejak 24 Maret 2021, yang artinya efek samping berat dari vaksin tersebut masih sangat jarang.
“Keuntungannya, untuk mencegah infeksi Covid-19 dan komplikasinya masih lebih besar daripada risikonya. Publik harus tetap mendapatkan vaksinasi kalau sudah mencapat jadwal dan undangan,” ungkap June Raine, CEO MHRA, dilansir Business Insider, Sabtu (3/4/2021).
Pada Maret 2021, lebih dari 12 negara, terutama di Eropa, menangguhkan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca karena khawatir ada hubungan antara vaksin tersebut dengan pembekuan darah.
Namun, setelah ada penelitian lebih lanjut dari European Medicines Agency (EMA) dan World Health Organization (WHO), beberapa negara kembali melanjutkan penggunaannya.
“Keuntungan menggunakan vaksin AstraZeneca untuk mencegah Covid-19, dikaitkan dengan risiko kesakitan dan kematiannya, masih lebih besar daripada risiko dan efek sampingnya,” ungkap EMA pada 31 Maret 2021.