Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai Indonesia perlu terus mencetak tenaga kesehatan yang berdaya saing untuk meningkatkan perannya di dunia internasional.
Hal itu diungkapkan Wapres dalam sebuah webinar bertajuk Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045, Kamis (25/3/2021), yang diselenggarakan Universitas Indonesia.
Dia pun berharap Universitas Indonesia dapat terus mencetak tenaga kesehatan yang berdaya saing untuk membantu negara meningkatkan perannya secara global.
"Saya berharap Universitas Indonesia dapat membantu meningkatkan peran global Indonesia dengan mencetak tenaga kesehatan yang berdaya saing," tulisnya via akun Twitter, @Kiyai_MarufAmin, Kamis (25/3/2021) 08.18 WIB.
Indonesia telah terlibat aktif dalam beberapa kerjasama internasional di bidang kesehatan, seperti ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) pada profesi dokter, dokter gigi, dan perawat. pic.twitter.com/fdXtxoml5L
— KH. Ma'ruf Amin (@Kiyai_MarufAmin) March 25, 2021
Apalagi, Wapres mengatakan sejauh ini Indonesia sudah terlibat aktif dalam beberapa kerja sama internasional di bidang kesehatan. Dia mencontohkan Indonesia terlibat dalam Asean Mutual Recognition Arrangement Covax/Gavi untuk kemitraan profesi dokter, dokter gigi dan perawat.
"Indonesia juga telah berperan aktif dalam upaya global menyediakan vaksin Covid-19 secara setara bagi semua negara melalui forum Covax/GAVI," sambung Wapres.
Baca Juga
Adapun, dalam seminar daring tersebut, Wapres Ma’ruf juga meminta fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) agar lebih berperan dalam meningkatkan pengendalian penyakit agar menurunkan beban biaya kesehatan.
Dia mengatakan tingginya biaya kesehatan di Indonesia disebabkan karena pembiayaan yang lebih banyak digunakan untuk upaya pengobatan kuratif dan rehabilitatif yang cenderung bertumpu pada rumah sakit. Sementara itu, pemberdayaan promotif dan preventif masih rendah.
"Salah satu proporsi pembiayaan tertinggi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ialah pembiayaan penyakit tidak menular [PTM] katastropik," ujarnya.
Menurut Wapres, perlu dilakukan transformasi sistem kesehatan yang lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat agar hidup sehat, yang pada dasarnya dapat ditempuh melalui berbagai program upaya promotif dan preventif dengan memanfaatkan FKTP.
"Keterbatasan jumlah puskesmas yang ada seperti saat ini dengan banyaknya pasien yang perlu dilayani, telah menyebabkan puskesmas lebih fokus kepada pelayanan kuratif dan tidak fokus pada pelayanan promotif dan preventif," terangnya.