Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peran Faskes Tingkat Pertama Disorot Wapres, Ini Penyebabnya

Tingginya biaya kesehatan di Indonesia disebabkan karena pembiayaan yang lebih banyak digunakan untuk upaya pengobatan kuratif dan rehabilitatif.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat mengisi diskusi ekonomi dan perbankan syariah di era new normal / Setwapres
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat mengisi diskusi ekonomi dan perbankan syariah di era new normal / Setwapres

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) agar lebih berperan dalam meningkatkan pengendalian penyakit agar menurunkan beban biaya kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden dalam webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia pada Kamis (25/3/2021).

Dia mengatakan tingginya biaya kesehatan di Indonesia disebabkan karena pembiayaan yang lebih banyak digunakan untuk upaya pengobatan kuratif dan rehabilitatif yang cenderung bertumpu pada rumah sakit.

Sementara itu, pemberdayaan promotif dan preventif masih rendah.

"Salah satu proporsi pembiayaan tertinggi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ialah pembiayaan penyakit tidak menular [PTM] katastropik," ujarnya.

Menurut Wapres, perlu dilakukan transformasi sistem kesehatan yang lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat agar hidup sehat, yang pada dasarnya dapat ditempuh melalui berbagai program upaya promotif dan preventif dengan memanfaatkan FKTP.

"Keterbatasan jumlah puskesmas yang ada seperti saat ini dengan banyaknya pasien yang perlu dilayani, telah menyebabkan puskesmas lebih fokus kepada pelayanan kuratif dan tidak fokus pada pelayanan promotif dan preventif," terangnya.

Dengan peran fasilitas kesehatan BUMN dan swasta, diharapkan beban Puskesmas dalam layanan pengobatan dapat dikurangi dan lebih melakukan fungsinya untuk mendorong upaya kesehatan masyarakat yang bersifat pencegahan.

Wapres mengungkapkan tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh BPJS Kesehatan disebabkan oleh menurunnya kesadaran masyarakat terhadap risiko penyakit tidak menular.

Data BPJS Kesehatan menunjukkan pada tahun 2019 total biaya yang dikeluarkan untuk menangani PTM Katastropik mencapai Rp20,27 triliun.

"Data BPJS Kesehatan tahun 2015–2018 menunjukkan bahwa penyakit jantung mulai diderita pada kelompok usia yang lebih muda, yaitu mereka yang berusia 31 tahun, sementara diabetes dan stroke mulai banyak terjadi pada usia 41 tahun," urainya.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 dan 2018 menunjukkan prevalensi PTM seperti hipertensi dan diabetes melitus mengalami peningkatan signifikan.

Prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,10 persen, sementara prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 10,9 persen.

Hal ini diperparah dengan jumlah FKTP di Indonesia seperti Puskesmas yang tidak sebanding dengan banyaknya pasien yang harus dilayani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper