Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menlu AS: China Ujian Paling Serius bagi Stabilitas Sistem Global

Blinken menggarisbawahi pentingnya berkontribusi dalam perubahan iklim dan terlibat dengan komunitas internasional.
Bendera China berkibar di luar gedung Konsulat Jenderal di San Francisco pada 23 Juli 2020/Bloomberg
Bendera China berkibar di luar gedung Konsulat Jenderal di San Francisco pada 23 Juli 2020/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan berurusan dengan China menjadi ujian terbesar dalam menjaga stabilitas sistem global.

Dalam pidatonya melalui video, Blinken mengatakan pendekatan dengan China akan kompetitif ketika diperlukan, kolaboratif jika mampu, dan menentang jika diharuskan.

“China adalah satu-satunya negara dengan ekonomi, diplomasi, militer, dan kekuatan teknologi yang benar-benar menguji stabilitas dan sistem internasional terbuka,” seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/3/2021).

Blinken menggarisbawahi pentingnya berkontribusi dalam perubahan iklim dan terlibat dengan komunitas internasional. Pendekatan ini sangat kontras dengan Menlu sebelumnya di bawah administrasi Donald Trump yang justru keluar dari komitmen multinasional.

Dia mengatakan demokrasi AS sedang dalam tekanan secara global yang secara langsung merujuk pada peristiwa berdarah pada 6 Januari di Capitol. Untuk itu, penguatan keamanan nasional diperlukan.

“Mempertahankan demokrasi kita adalah kewajiban bagi kebijakan luar negeri. Jika tidak, pesaing seperti Rusia dan China akan menguasai kita. Tidak diragukan lagi bahwa demokrasi kita rapuh," ujarnya.

Blinken mengakui perjanjian perdagangan pada administrasi pendahulunya - termasuk masa Obama di mana Blinken dan Joe Biden terlibat di dalamnya - terkadang gagal memberikan manfaat bagi tenaga kerja Amerika.

Kegagalan tersebut menjadi pelajaran berharga. Dia berjanji untuk berjuang untuk melindungi hak dan kepentingan tenaga kerja Amerika.

Dia juga berjanji bahwa AS akan lebih berhati-hati dalam memutuskan keterlibatannya dalam perang di luar negeri, seperti di Afghanistan dan Irak, serta tindakan militer yang mengakibatkan kekacauan seperti di Libya.

“Diplomasi, bukan aksi militer, akan selalu diutamakan. Kami telah melihat bagaimana terlalu banyak [yang dikorbankan], baik dari pihak kita maupun pihak lain.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper