Bisnis.com, JAKARTA - Kekurangan semikonduktor global akan memangkas pendapatan otomotif di General Motors Co. dan Ford Motor Co. sekitar sepertiga tahun ini karena kendala pasokan menghambat produksi dan keuntungan.
Perkiraan Moody's Investor Service menunjukkan, kekurangan chip secara material akan mengikis margin dan dapat menurunkan pendapatan perusahaan otomotif sebelum bunga dan pajak sebanyak US$2 miliar untuk GM dan US$2,5 miliar untuk Ford.
Selain itu, margin pendapatan sebelum pajak dan bunga GM bisa turun menjadi 3,4 persen, sementara Ford bisa turun serendah 1,8 persen. Lembaga pemeringkat itu tidak memasukkan keuntungan dari unit keuangan dan pendapatan ekuitas dari operasi China dalam perkiraannya.
Dilansir Bloomberg, Kamis (25/2/2021), meningkatnya permintaan untuk chip yang dibutuhkan untuk membangun kendaraan yang berteknologi telah menghadirkan serangkaian tantangan baru bagi industri otomotif Amerika Utara.
Kekurangan itu memicu pemotongan produksi dan penutupan pabrik sementara. Permintaan dari perusahaan elektronik memperburuk kekurangan pasokan di tengah pandemi virus Corona.
Sementara itu minggu depan, Ford akan menghentikan pabrik perakitan di Ontario, Kanada, di mana perusahaan itu akan membuat kendaraan sport Edge dan Lincoln Nautilus.
Baca Juga
Perusahaan mengatakan bahwa pabrik akan ditutup selama seminggu karena kekurangan chip, yang terbaru dari serangkaian penutupan sementara dan perlambatan jalur yang disebabkan oleh kurangnya semikonduktor.
Bill Rinna, Direktur Prakiraan Kendaraan di LMC Automotive mengatakan situasi dapat memburuk lebih lanjut setelah tantangan terkait cuaca di sebagian besar negara menambah kekurangan komponen.
Produksi Amerika Utara kemungkinan akan terpukul paling keras pada kuartal pertama, dengan gangguan muncul pada tingkat yang lebih rendah pada kuartal kedua.
LMC mengurangi perkiraan produksinya lebih dari 250.000 unit, dengan kemungkinan 100.000 unit lagi hilang, untuk kuartal pertama. Kehilangan produksi di seluruh Amerika Utara pada pertengahan Februari diperkirakan melebihi 190.000 unit.
"Kami tidak melihat inventaris kembali ke tingkat normal sampai kuartal keempat tahun ini, atau awal tahun depan,” tulis Rinna.