Bisnis.com, JAKARTA - Iran secara resmi mulai membatasi inspeksi internasional terhadap fasilitas nuklirnya.
Pembatasan mulai diberlakukan kemarin sebagai upaya menekan negara-negara Eropa dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden agar mencabut sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran.
Langkah itu juga dimaksudkan agar AS memulihkan Kesepakatan Nuklir 2015.
Sejumlah negara maju mengecam pembatasan itu dan menyebutnya sebagai langkah "berbahaya", demikian dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (24/2/2021).
Keputusan Iran itu keluar ketika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan dalam dokumen rahasia yang didistribusikan ke negara-negara anggotanya.
Disebutkan bahwa Iran telah menambahkan 17,6 kg uranium yang diperkaya hingga 20 persen ke persediaannya pada 16 Februari lalu.
Baca Juga
Berita itu merupakan konfirmasi resmi pertama dari rencana yang diumumkan Iran pada Januari untuk memperkaya uranium dengan kemurnian yang lebih tinggi.
Hal itu membuat Iran selangkah lagi menghasilkan senjata nuklir dan jauh melampaui kemurnian 3,67 persen yang diizinkan berdasarkan kesepakatan pada Rencana Komprehensif Bersama atau JCPOA.
Menurut IAEA Iran juga meningkatkan persediaan uranium kadar rendah yang diperkaya menjadi 2.967,8 kg, atau naik dari 2.442,9 kg seperti dilaporkan 2 November tahun lalu.
Pelanggaran Iran terhadap JCPOA dan langkah membatasi inspeksi internasional menunjukkan tugas berat yang dihadapi Biden. Saat ini dia berusaha membalikkan keputusan mantan Presiden Donald Trump untuk menarik AS secara sepihak keluar dari kesepakatan pada 2018.
Langkah Trump itu membuat Jerman, Prancis, Inggris, Cina, dan Rusia berjuang untuk mempertahankannya.
Iran memiliki dua fasilitas pengayaan uranium yaitu Natanz dan Fordow.
Fasilitas Natanz terdapat jauh di bawah permukaan tanah. Sedangkan Fordow terletak di dalam sebuah gunung yang tidak aktif. Fasilitas nuklir tersebut dirancang untuk menghindari serangan udara musuh.
Kesepakatan nukliri mengizinkan Iran melanjutkan pengayaan uranium di Natanz dengan batasan. Perjanjian nuklir juga mengatur Fordow menjadi pusat teknologi fisika dan nuklir.
Iran mengklaim pengembangan nuklir akan digunakan untuk memproduksi isotop yang bermanfaat untuk kegiatan damai nonmiliter.