Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Andi Arief: Megawati Kecolongan Dua Kali Lawan SBY Tak Perlu Ditangisi

Dendam antara PDIP dengan Demokrat, yang bermula dari konflik antara Megawati dengan SBY 17 tahun silam, kembali mengemuka ke publik.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pengumuman gelombang ketiaga 75 pasangan calon yang diusung PDIP di Pilkada Serentak 2020, Selasa (11/8/2020). JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pengumuman gelombang ketiaga 75 pasangan calon yang diusung PDIP di Pilkada Serentak 2020, Selasa (11/8/2020). JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA – Politi Partai Demokrat Andi Arief menegaskan, bahwa kecolongan dua kali yang dialami Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak perlu ditangisi.

Pernyataan itu disampaikan eks Wakil Sekjen Partai Demokrat itu lewat akun Twitter @Andiarief_, Jumat (19/2/2021).

Menurut politisi asal Lampung ini, bahwa kecolongan yang dialami Megawati terjadi melalui pilihan rakyat. Bukan melalui pengkhianatan, menjatuhkan lewat MPR.

Kemudian, Andi Arief pun menyinggung komentar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Menurutnya, Hasto jangan membenturkan, tapi mendudukkan posisi yang benar.

Sepekan terakhir ini, PDIP dan Demoktar memanas dipicu pernyataan mantan Sekjen Demokrat Marzuki Alie. Dia dalam sebuah kesempatan mengungkapkan pernyataan yang cukup kontroversial.

Marzuki Alie mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono suatu kali pernah bicara kepadanya kalau Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali saat Pilpres 2004.

Pada tahun 2004 Megawati bersaing dengan SBY. Megawati mencalonkan diri sebagai presiden bersama tokoh NU, Hasyim Muzadi, sebagai wakilnya. Sedangkan SBY menggandeng Jusuf Kalla (JK). Hasilnya, Mega-Hasyim kalah dari pasangan SBY-JK.

“Pak SBY menyampaikan, Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini. Kecolongan pertama dia yang pindah. Kecolongan kedua dia ambil Pak JK. Itu kalimatnya,” kata Marzuki.

Dendam antara PDIP dengan Demokrat, yang bermula dari konflik antara Megawati dengan SBY 17 tahun silam, kembali mengemuka ke publik. Situasi makin riuh, setelah para politisi PDIP dan Demokrat saling berbalas kata.

Hasto Kristiyanto menyebut eks Menkopolhukam era Megawati itu telah mendesain suatu pencitraan untuk mengangkat popularitasnya. Apalagi, pada Pemilu 2004, ada kesan Megawati telah menzalimi SBY.

“Dalam politik kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan oleh Marzuki Alie tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY," tegasnya.

Pernyataan Hasto tersebut direspons oleh Andi Arief. Dalam cuitannya, dia meminta Hasto tidak sembarangan bicara.

Dia menyebut bahwa pernyataan Marzuki Alie yang dipakai Hasto untuk menyerang SBY, sebagai statemen hantu. Alasannya, pernyataan itu mengarang bebas alias ngawur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper