Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah berharap setidaknya 10 persen penyintas atau mereka yang sudah sembuh dari Covid-19 bisa mendonorkan plasma darah konvalesen untuk mempercepat penyembuhan pasien Covid-19 yang masih kritis.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan donor plasma sangat diperlukan. Apalagi, jumlah pasien Covid-19 yang telah sembuh telah mencapai 764.708 orang.
Di sisi lain, jelasnya, kapasitas Palang Merah Indonesia atau PMI, saat ini masih sangat minim, yakni 1.000 kantong plasma sebulan. “Jadi ini antri sekitar 80 orang untuk 1 kantong plasma,” kata Airlangga pada konferensi pers virtual, Kamis (21/1/21).
Airlangga mengatakan, bila 10 persen penyintas Covid-19 bisa mendonor, maka 76.000 plasma sudah bisa didapatkan.
“Ini sangat bisa menyelamatkan jiwa manusia. Karena berdasarkan penelitian, keberhasilan penggunaan plasma mencapai 95 persen. Ini salah satu kunci menurunkan tingkat kematian,” ungkap Airlangga.
Adapun, mereka yang bisa memberikan donor konvalesen hanya mereka yang sehat dan sebagian besar itu donor pria. Pasalnya, donor dari wanita makin tipis ketika wanita yang pernah melahirkan saja tidak bisa mendonorkan plasmanya.
Baca Juga
Sebelum donor, penyintas juga akan diperiksa untuk mengecek penyakit ikutan dan penyakit lain, serta tingkat hemoglobin (Hb) dan tingkat imunoglobulinnya. Dengan demikian, penyintas dipastikan mempunyai daya tahan tubuh. Selama ini, hanya dua dari 10 pendonor yang biasanya yang memenuhi persyaratan.
"Skrining-nya sudah sangat ketat, dan untuk mereka yang sudah jadi donor, efektifnya adalah paling lama 3 bulan setelah menjadi penyintas. Semakin lama semakin tidak efektif karena imunnya lebih terbatas,” kata Airlangga.
Ke depan, PMI ditargetkan bisa mendapatkan 5.000 kantong plasma per bulan. Gerakan plasma ini didorong agar menjadi gerakan nasional agar 768.000 penyintas Covid-19 ini 20 persennya saja bisa menyumbang, untuk memenuhi target PMI tersebut.