Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bupati Ngada Ungkap Penyebab Tak Lagi Jadi Zona Hijau Covid-19

Salah satu alasan utama mengapa tiba-tiba banyak kasus di Ngada adalah karena tingginya jumlah pelaku perjalanan serta regulasi perjalanan antardaerah yang tidak terintegrasi.
Tangkapan layar dialog Membendung Covid-19 di Daerah Hijau: Mengembalikan Ngada ke Zona Hijau, dengan moderator  Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benyamin (kiri) dan Bupati Ngada Paulus Soliwoa (kanan).
Tangkapan layar dialog Membendung Covid-19 di Daerah Hijau: Mengembalikan Ngada ke Zona Hijau, dengan moderator Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benyamin (kiri) dan Bupati Ngada Paulus Soliwoa (kanan).

Bisnis.com, JAKARTA – Pertahanan Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur akhirnya ambrol, kini menyandang status daerah dengan risiko penularan Covid-19 tak lagi hijau. Bupati Ngada Paulus Soliwoa mengungkap ada 30 kasus Covid-19 saat ini di Ngada.

Dia mengungkapkan salah satu alasan utama mengapa tiba-tiba banyak kasus di Ngada adalah karena tingginya jumlah pelaku perjalanan serta regulasi perjalanan antardaerah yang tidak terintegrasi.

“Sampai Desember masyarakat cukup taat pada semua aturan protokol kesehatan. Sekarang yang jadi masalah adalah pelaku perjalanan. Karena sejak awal tahun pelaku perjalanan mencapai 11.646,” ungkapnya pada konferensi pers BNPB, Rabu (20/1/2021).

Konferensi pers dan dialog virtual ini dipandu Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benyamin, menghadirkan narasumber Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi, Bupati Ngada Paulus Soliwoa dan Hadi Pratomo, Guru FKM Universitas Indonesia dan Ketua Tim Periset Pemberdayaan Edukasi, dan Literasi Terkait Covid-19.

Bupati menjelaskan dengan mulai adanya kasus Covid-19 di daerahnya, Pemkab menetapkan 10 pintu masuk dan melibatkan semua unsur masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengendalikan dan mengawasi siapa saja yang masuk ke Ngada.

Mereka yang melakukan perjalanan dilacak, tujuannya kemana atau datang dari daerah mana. Pemkab Ngada akan berhubungan langsung dengan dinas kesehatan atau puskesmas untuk melakukan pendekatan agar pelaku perjalanan mau dilakukan rapid test untuk mencegah transmisi lokal.

Adapun regulasi yang berbeda-beda di tiap daerah membuat Ngada juga kesulitan untuk membendung pelaku perjalanan yang masuk ke Ngada.

“Kita bisa mengambil kebijakan melalui pemda sesuai kebutuhan dan situasi di tiap daerah, tapi butuh pemahaman bersama agar bisa membentuk regulasi yang menjadi patokan yang bisa diterapkan di seluruh kabupaten atau provinsi di Republik ini,” kata Paulus.

Dia memberi contoh, kalau dari Ngada tidak memberi larangan bepergian ke kabupaten lain, tapi dari kabupaten lain masih diperbolehkan ke Ngada, regulasinya akan sia-sia. Padahal regulasi yang kuat dan tepat bisa menjadi upaya ‘paksa’ bagi masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan selama masa pandemi. Terlebih, pelaku perjalanan, dinilai Paulus menjadi penyumbang terbanyak terkonfirmasi Covid-19 di Ngada.

Sementara itu, dalam penanganan di Ngada ternyata belum ada laboratorium atau fasilitas layanan kesehatan yang bisa melakukan tes usap PCR. Selama pandemi ini, Ngada hanya mengandalkan rapid antibodi, dan rapid antigen mulai awal tahun ini.

“Sejak Januari sudah ada antigen. Ternyata dari hasil itu yang positif sudah 30-an orang, dan penyebabnya pelaku perjalanan, dari luar ke dalam ngada atau dari kita yang berkunjung ke luar Ngada,” ujarnya.

Kemudian, untuk perawatan, Pemerintah Ngada menyiapkan fasilitas karantina 20 tempat tidur, dan di rumah sakit setempat untuk isolasi juga sekitar 20 tempat tidur. Kemudian, ada rapid antigen 1.000 unit untuk dibagi di RS dan puskesmas.

“Ini supaya semua pasien rawat inap, sebelum tindakan bisa dirapid antigen. Jadi terdeteksi apakah sakit biasa atau sakit kena Corona,” jelasnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun #cucitangandengansabunyangmengalir


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper