Bisnis.com, JAKARTA — Perwakilan Libya akan segera menyusun metode pemilihan umum. Keputusan itu digadang-gadang membantu anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) yang telah berkonflik selama satu dekade.
Dilansir melalui Bloomberg Minggu (17/1/2021), pejabat utusan PBB untuk Libya, Stephanie Williams, mengungkapkan perwakilan regional dan forum politik akan memberikan suara pada Senin.
Perwakilan PBB juga telah menyetujui tanggal pemilihan presiden dan anggota legislatif akan dilaksanakan pada Desember 2021. Hasil dari pengambilan suara akan diumumkan pada Selasa.
“Persetujuan menandai kompromi terbaik. Hal ini mendorong orang-orang untuk bekerja lintas batas dan lintas wilayah untuk memperkuat pemahaman dan untuk membangun kesatuan dalam bangsa,” kata Williams dalam pernyataan pada Sabtu dari Jenewa.
Pembahasan politik Libya cukup kompleks karena terkait dengan isu militer dan ekonomi yang didukung dari berbagai kepentingan negara lain.
Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang berbasis di Tripoli yang diakui secara internasional dan didukung oleh Turki. Sementara itu, komandan militer timur Khalifa Haftar didukung oleh Mesir, Uni Emirat Arab, dan Rusia.
Baca Juga
Sementara itu, Anadolu Agency melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada akhir tahun lalu, bahwa gencatan senjata di Libya dicapai berkat kerja sama antara Turki dan Rusia.
Libya telah dilanda perang sipil sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011. PBB telah mendirikan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di ibu kota Tripoli dan saat ini dipimpin oleh Perdana Menteri Fayez al-Sarraj.
Namun, upaya penyelesaian politik jangka panjang telah gagal karena serangan militer oleh milisi yang setia kepada Khalifa Haftar.
Pemerintah Al-Sarraj telah memerangi milisi Haftar sejak April 2019 dalam konflik yang telah merenggut ribuan nyawa.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, harga minyak dilaporkan turun lebih dari 2 persen pada penurupan perdagangan Jumat (15/1/2021) akibat penguncian sejumlah wilayah di China terkait pencegahan penyebaran Covid-19.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret anjlok US$1,32 atau 2,3 persen menjadi US$55,10 barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari merosot US$1,21 atau 2,3 persen, menjadi US$52,36 per barel.
Berdasarkan data National Oil Corp (NOC), perusahaan minyak milik Libya, produksi minyak mentah Libya telah mencapai 800.000 barel per hari pada pertengahan Oktober, naik drastis daripada awal September yang kurang dari 100.000 barel per hari.
Ketua National Oil Corp Mustafa Sanalla mengatakan bahwa pihaknya menargetkan tingkat produksi dapat mencapai 1,3 juta barel per hari pada awal 2021.
Untuk diketahui, industri minyak Libya sebagian besar ditutup pada pertengahan Januari 2020 ketika kelompok tentara oposisi yang dipimpin Khalifa Haftar melakukan blokade terhadap saluran pipa hingga akses ekspor di infrastruktur energi Libya.
Akibat hal tersebut, produksi minyak dari Libya terus tertekan sehingga memberikan gangguan pasokan terhadap persediaan global secara keseluruhan. Namun, pada medio September Haftar mencabut blokade dan Libya mendapatkan kesempatan untuk membuka kembali industri minyaknya.