Bisnis.com, JAKARTA - Alat deteksi Covid-19 berbasis hembusan napas buatan peneliti Universitas Gajah Mada, GeNose, diklaim memiliki efektivitas lebih dari 90 persen.
Ketua Tim Pengembang GeNose C19 UGM Kuwat Triyana mengatakan, uji klinik sudah dilakukan pada orang negatif dan positif Covid-1 di ruang rawat inap, rawat jalan, dan skrining bebas.
“Ditemukan bahwa di analisis di ruang rawat sensitivitasnya 89 persen dan spesifisitasnya 96 persen. Sementara dalam analisis normal, sensitivitasnya 93 persen dan spesifisitasnya 95 persen,” ungkap Kuwat, Jumat (15/1/2021).
Adapun, Kuwat menyebutkan bahwa sementara GeNose sudah mampu mendeteksi pasien Covid-19 lebih awal, yakni 2 hari dari terpapar, dibandingkan dengan tes PCR yang baru bisa mendeteksi setidaknya 3-5 hari setelah terpapar.
Melihat efektivitas alat tersebut, Menteri Riset Tekonologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro berpesan agar ke depan alat ini bisa diteliti lebih lanjut dari sisi post marketing.
GAMA e-Nose (GeNose) merupakan alat deteksi dan diagnosis Covid-19 melalui hembusan nafas seseorang yang saat ini sudah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan.
GeNose mendeteksi Covid-19 melalui sampling hembusan napas dalam suatu kantong khusus yang akan mengalirkan Volatile Organic Compound (VOC) ke dalam sistem larik sensor gas yang selanjutnya akan direspons delapan sensor.
Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).
Penggunaan GeNose juga menggunakan sistem aplikasi yang terhubung dengan sistem cloud computering sehingga hasil diagnosis yang didapatkan dalam bentuk real time.
“Terkait cara penggunaannya masih ada hal-hal yang harus diperinci lebih lanjut. Kami sudah evaluasi apa-apa saja yang bisa menyebabkan datanya jadi invalid sehingga kami buat SOP yang akan beredar nantinya bersama dengan alat ini,” ungkap Kuwat.