Bisnis.com, JAKARTA - Gempa dengan magnitudo 6,2 yang terjadi di wilayah Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, pada Jumat (15/1/2020) pukul 01.28 WIB menyebabkan 3 orang tewas, 24 orang luka-luka, dan 2.000 orang mengungsi.
Berdasarkan informasi dari BMKG gempa bumi terjadi pada hari Jumat (15/1/2021), pukul 01:28:17 WIB, lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 2,98°LS dan 118,94°BT, dengan magnitudo (M6,2) pada kedalaman 10 km, berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat) dan berjarak sekitar 62,2 km utara Kota Majene (Ibu Kota Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat).
Berdasarkan analisis geologi yang dikutip dari www.esdm.go.id, wilayah yang terletak dekat dengan sumber gempa bumi adalah Kabupaten Majene dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Barat.
Wilayah ini merupakan morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal, lembah dan dataran pantai yang tersusun oleh batuan berumur pratersier (terdiri – dari batuan metamorf, meta sedimen), tersier (terdiri – dari batuan sedimen, batugamping, gunungapi) dan endapan kuarter (terdiri – dari endapan pantai dan aluvial).
Sebagian batuan berumur pratersier dan tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan berumur pratersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi. S
Selain itu, morfologi terjal yang tertutup oleh batuan berumur pratersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah/ longsoran apabila dipicu guncangan gempabumi kuat di daerah ini.
Baca Juga
Penyebab Gempa
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi berupa sesar naik (dengan kedudukan N 28°E, dip 21° dan rake 104° atau kedudukan N 351°E, dip 16° dan slip 94°).
Berdasarkan data tersebut, sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang sesar.
Jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan (fold thrust belt) yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan diawali dengan gempa bumi pembuka (foreshock) yang terjadi sebelumnya pada hari Kamis (14/1/2021) pukul 13:35:49 WIB, dengan magnitudo (M5,9).
Menurut data Badan Geologi, gempa bumi akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat pernah memicu terjadinya tsunami pada tahun 1928, 1967, 1969 dan 1984.
Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan bencana berupa kerusakan bangunan, termasuk kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Barat, dan jatuhan batu yang menutupi jalan.
Menurut data BMKG guncangan gempa bumi cukup kuat di daerah sekitar lokasi pusat gempabumi dan diperkirakan pada skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercally Intensity).
Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.