Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa Mulai Lakukan Vaksinasi Massal Covid-19, Kemarin

Persoalan distribusi menjadi tantangan berat karena vaksin menggunakan teknologi mRNA baru. Vaksin harus disimpan pada suhu sekitar -70 derajat Celcius.
Ilustrasi - Vaksin buatan Pfizer
Ilustrasi - Vaksin buatan Pfizer

Bisnis.com, JAKARTA - Eropa kemarin mulai melakukan vaksinasi massal Covid-19. 

Para pensiunan dan petugas medis mengantre untuk mendapatkan suntikan pertama guna mengatasi pandemi yang telah melumpuhkan ekonomi dan merenggut lebih dari 1,7 juta jiwa di seluruh dunia tersebut.

"Saya bersyukur, mari kita lihat apakah kita bisa menghilangkan virus ini," kata Araceli Hidalgo yang berusia 96 tahun saat dia menjadi orang pertama di Spanyol yang mendapatkan vaksin di sebuah rumah perawatan di Guadalajara, dekat ibu kota Madrid.

Di Italia, negara pertama di Eropa yang mencatat jumlah infeksi yang signifikan, perawat berusia 29 tahun Claudia Alivernini adalah salah satu dari tiga staf medis yang mendapat suntikan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.

"Ini adalah awal dari akhir sekaligus sebuah momen bersejarah yang menarik," katanya di rumah sakit Spallanzani Roma seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (28/12/2020).

Kawasan berpenduduk 450 juta orang itu sedang berusaha mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat dan Inggris, yang telah memulai vaksinasi menggunakan vaksin Pfizer.

Uni Eropa akan menerima 12,5 juta dosis pada akhir tahun, cukup untuk memvaksinasi 6,25 juta orang berdasarkan hitungan dua dosis.

Pfizer dan BioNTech berusaha keras untuk memenuhi permintaan global dan menargetkan 1,3 miliar vaksin pada tahun depan.

Blok negara Eropa tersebut telah mendapatkan kontrak dengan berbagai produsen obat selain Pfizer, termasuk Moderna dan AstraZeneca, dengan total lebih dari dua miliar dosis vaksin. Mereka telah menetapkan target semua orang dewasa untuk divaksin selama 2021.

Berdasarkan hasil survei, terlihat tingginya keraguan terhadap vaksin di negara-negara Eropa mulai dari Prancis hingga Polandia.

Oleh karena itu para pemimpin 27 negara Uni Eropa mempromosikannya sebagai kesempatan terbaik untuk kembali ke kehidupan normal tahun depan.

"Kami memiliki senjata baru melawan virus: Vaksin. Kami harus berdiri teguh, sekali lagi," cuit Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Dia dinyatakan positif mengidap virus Corona bulan ini dan meninggalkan karantina pada malam Natal.

Akan tetapi Ireneusz Sikorski, 41, yang meninggalkan gereja di ibu kota Polandia, Warsawa, untuk mendapatkan vaksin, merasa skeptis.

"Saya kira tidak ada vaksin dalam sejarah yang telah diuji secepat itu," katanya.

Saya tidak mengatakan vaksinasi tidak boleh dilakukan, tetapi saya tidak akan menguji vaksin yang tidak diverifikasi pada anak-anak saya, atau pada diri saya sendiri, katanya dengan nada ragu.

Persoalan distribusi menjadi tantangan berat karena vaksin menggunakan teknologi mRNA baru. Vaksin harus disimpan pada suhu sekitar -70 derajat Celcius.

Di Jerman, sebagian warga menolak divaksin setelah pelacak suhu menunjukkan bahwa sekitar 1.000 dosis diduga tidak disimpan cukup dingin selama transit.

Sementara itu, pihak BioNTech mengatakan bertanggung jawab atas pengiriman ke 25 pusat distribusi di Jerman. Disebutkan bahwa negara bagian federal dan otoritas lokal bertanggung jawab atas pengiriman ke pusat vaksinasi dan tim vaksinasi keliling.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : ChannelNewsAsia.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper