Bisnis.com, JAKARTA – Berkaca pada penanganan Covid-19 Uni Emirat Arab, Duta Besar Uni Emirat Arab menjelaskan salah satu kuncinya adalah dengan menegaskan penegakkan hukum bagi pelanggar protokol kesehatan.
Husin Bagis Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab menjelaskan kondisi Covid-19 di UEA sampai hari ini sudah hampir 18 juta orang ditest. Artinya sudah dua kali lipat dari total jumlah penduduk.
Adapun, total ada 183.000 orang yang terinfeksi Covid-19, dengan 163.000 orang di antaranya sembuh dan 600 orang meninggal.
“Jadi tingkat kesembuhan itu cukup tinggi mengingat kapasitas kesehatan yang sangat memadai, dan di UEA itu aturan berlaku sangat keras, kalau tidak pakai masker kena denda, mobil pribadi isi 4 kena denda dan mau orang dari mana pun, lokal atau orang luar, harus bayar,” kata Husin, dalam konferensi pers, Senin (14/12/2020).
Beberapa protokol lain yang juga diterapkan antara lain membatasi jumlah orang makan dalam satu meja di restoran hanya untuk 4 orang, dan tidak boleh ada pesta perkawinan.
“Kalau kita makan 1 meja maksimum 4 orang, misalnya tambah 1 orang aja nggak boleh, bisa ditutup restoran itu kalau melanggar, ini terjadi waktu saya menjamu Menteri Luhut dan Erick Thohir waktu ke UEA, dan itu semua orang taat,” ungkapnya.
Baca Juga
Selain itu, pemerintah UEA juga memantau orang-orang yang terinfeksi Covid-19 agar tidak bepergian dengan memberikan gelang monitor. Apabila orang tersebut keluar lebih dari 90 meter saja, akan kena denda.
Di sisi lain, penanganan Covid-19 di KBRI sendiri termasuk cepat. Salah satu contohnya ketika ada 1 orang yang terinfeksi, saat itu dari bagian shelter penampungan, maka harus langsung dites swab satu kantor.
“Alhamdulillah sampai hari ini semua oke,” ujarnya.
Husin menjelaskan, dalam penanganan Covid-19 di UEA, pemerintahnya memikirkan bagaimana caranya mengatasi dengan 2 hal, dari luar negeri dan dalam negeri.
Di dalam negeri, semua ketentuan WHO diterapkan, termasuk ketentuan ibadah di masjid, dan pernikahan. Lalu dari luar negeri, melihat China sebagai yang pertama terkena virus, pemerintah UEA langsung ajak kerja sama dengan pengembang vaksin China, Sinopharm.
“Jadi ketika ada Covid-19 UEA bikin perusahaan G42 untuk bekerja sama dengan Sinopharm untuk mensuplai vaksin. Kemudian dengan kebijakan dalam negeri dan luar negeri yang jelas dan mudah dilakukan jadi lebih sukses,” tegasnya.