Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran: Sanksi dari AS Hambat Pembelian Vaksin Covid-19

Iran tidak dapat menggunakan sistem pembayaran global guna membeli pasokan vaksin tersebut tanpa harus melalui bank di AS.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya Iran untuk mendapatkan vaksin Covid-19 guna mengekang wabah virus corona terburuk di Timur Tengah terhambat oleh sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Dilansir Bloomberg, para pejabat di Teheran mengatakan bahwa Iran tidak dapat menggunakan sistem pembayaran global guna membeli pasokan vaksin tersebut tanpa harus melalui bank di AS.

Iran berharap untuk menggunakan dana senilai miliaran dolar AS yang tertahan di rekening dalam mata uang won Korea Selatan untuk membantu membeli vaksin, berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan Seoul beberapa bulan lalu.

Namun pada hari Senin (8/12/2020), Gubernur bank sentral Iran Abdolnaser Hemmati mengatakan sanksi perbankan AS secara efektif mencegah Teheran menggunakan fasilitas COVAX yang dikelola bersama oleh Gavi yang berbasis di Jenewa, Vaccine Alliance, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bank-bank tidak mau memproses transaksi dan mengubah won menjadi dolar, katanya di Instagram.

Dalam sebuah pernyataan, salah seorang juru bicara Gavi mengatakan tidak ada penghalang hukum bagi Iran untuk mendapatkan vaksin melalui COVAX karena Kantor Pengendalian Aset Luar Negeri AS (OFAC) telah mengeluarkan lisensi yang mencakup pengadaan vaksin virus corona.

Tetapi seorang pejabat pemerintah Iran mengatakan lisensi OFAC memiliki pengaruh yang kecil. Uang tersebut harus ditransfer melalui bank AS untuk dikonversi menjadi dolar AS dan kemudian menjadi euro sebelum ditransfer ke COVAX.

Korea Selatan telah memberi tahu Iran bahwa mereka tidak dapat memberikan jaminan bahwa uang tersebut tidak akan disita atau diblokir ketika ditransfer ke bank AS, ungkap juru bicara tersebut.

Gavi tidak menanggapi email yang meminta detail lebih lanjut atau wawancara tentang akses Iran ke fasilitas tersebut. Sanksi AS awalnya bertujuan untuk mencegah pembelian makanan dan obat-obatan.

Sejauh ini, total kasus virus corona di Iran telah melampaui 1 juta orang, dengan korban jiwa mencapai 50,000. Para pejabat pemerintah mengatakan jumlahnya secara tidak menunjukkan skala sebenarnya dari wabah itu.

Pemerintahan Trump memberlakukan kembali sanksi ekonomi besar-besaran terhadap Iran mulai 2018 ketika berusaha memaksa negara itu membuat perjanjian yang lebih keras tentang program nuklirnya.

Namun, presiden AS terpilih Joe Biden telah berjanji untuk terlibat kembali dengan Iran, sehingga memicu optimisme di Teheran bahwa sanksi dapat dicabut.

Iran sedang bersiap untuk memulai uji coba vaksin pada manusia, yang telah diganti namanya setelah seorang ilmuwan nuklir terkemuka, Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh akhir bulan lalu. Namun, vaksin tersebut paling cepat tersedia musim panas mendatang.

Sebelumnya Selasa (8/12), kantor berita Mehr menghapus laporan dari situs webnya yang mengatakan Kementerian Kesehatan Iran sedang dalam pembicaraan dengan AstraZeneca Plc untuk mengamankan 20 juta dosis vaksin virus corona yang dikembangkannya dengan Universitas Oxford.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper