Bisnis.com, JAKARTA - Pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran baru-baru ini dilakukan dengan bantuan "alat elektronik canggih" yang dipandu oleh "perangkat satelit," menurut Brigadir Jenderal Ramazan Sharif, juru bicara Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.
Pakar Nuklir Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini sebagai perintis program nuklir kontroversial Iran, berada di dalam mobil di timur Teheran ketika dia ditembak mati pada sore hari Jumat, 27 November 2020.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang bagaimana serangan itu terjadi, tetapi sebagian besar laporan Iran setuju bahwa apa yang terjadi adalah sebuah serangan yang canggih disertai tembakan dan ledakan.
"Zionis tahu betul bahwa tindakan mereka tidak akan dibalas. Dalam beberapa tahun terakhir telah terbukti bahwa tindakan mereka tidak akan dibalas," kata Sharif seperti dikutip CNN.com, Senin (7/12/2020).
Dia mengulangi tuduhan Iran sebelumnya bahwa Israel berada di balik serangan itu, seperti dikutip oleh kantor berita ISNA.
Pakar intelijen dan keamanan skeptis terhadap klaim bahwa ilmuwan nuklir Iran menjadi sasaran pembunuhan 'remote control'
Pada hari Selasa (1/12/2020), juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiee mengatakan, Kementerian Intelijen Iran telah memberi pemerintah peringatan "operasi teroris" beberapa hari sebelum pembunuhan Fakhrizadeh.
Ilmuwan nuklir Iran ditembak oleh senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh yang dioperasikan dari mobil lain, menurut kantor berita semi-resmi Fars, Minggu lalu.
Iran telah berulang kali menyatakan bahwa program nuklirnya digunakan secara eksklusif untuk tujuan damai.
Akan tetapi, Israel dan negara-negara lain menuduh Teheran berusaha mengembangkan bom nuklir, dalam program yang mereka katakan diprakarsai oleh Fakhrizadeh.
Tanpa memberikan bukti, pejabat tinggi Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, pemimpin tertinggi Ayatollah Seyyed Ali Khamenei dan lainnya telah berjanji akan balas dendam atas pembunuhan tersebut. Pemerintah Israel tidak memberikan komentar apapun atas tuduhan tersebut.
Pekan ini, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan Israel berada di balik pembunuhan itu, tetapi menolak memberikan rincian tentang apakah pemerintahan Trump mengetahui tentang serangan tersebut sebelum dilakukan atau memberikan dukungan.
Pejabat itu mengatakan bahwa pada masa lalu, Israel telah berbagi informasi dengan AS tentang target mereka dan operasi rahasia sebelum melaksanakannya. Hanya saja, tidak disebutkann kalau mereka akan melakukannya.