Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sekelumit Kisah Optimisme Para Pendidik Saat Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19

Selama pandemi, tenaga pengajar harus semakin bijak mengatur keuangan dan meningkatkan inovasi dalam mengajar.
Seorang siswi kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan internet di Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang kegiatan belajar dari rumah bagi pelajar di Jakarta hingga 19 April 2020, hal itu sesuai dengan perpanjangan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 bagi DKI hingga 19 April./ANTARA FOTO-Yulius Satria Wijaya
Seorang siswi kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan internet di Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang kegiatan belajar dari rumah bagi pelajar di Jakarta hingga 19 April 2020, hal itu sesuai dengan perpanjangan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 bagi DKI hingga 19 April./ANTARA FOTO-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA - Proses belajar mengajar di masa pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri, baik bagi pendidik maupun bagi peserta didik, karena pandemi telah menghilangkan proses pembelajaran tatap muka dan menggantikannya dengan proses pembelajaran jarak jauh (daring).

Kondisi tersebut melahirkan adaptasi baru bagi kedua belah pihak. Bagi para pendidik, hal itu membuat mereka harus berjuang ekstra keras untuk bisa menyampaikan materi pembelajaran, sehingga para muridnya bisa menyerap materi pembelajaran dengan maksimal.

Tantangan tersebut seperti diakui Deswita Supriyatni, Dosen Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi STKIP Pasundan, Cimahi, Jawa Barat, di sela acara Dialog Produktif menyambut Hari Guru Nasional dengan tema 'Mendukung Para Pendidik Tetap Berkarya' yang diselenggarakan Komite PenangananCovid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

Deswita mengakui bahwa semasa pandemi, proses pembelajaran tidak bisa optimal dalam penyampaian materi pembelajaran, karena biasanya materi yang saya sampaikan identik dengan tatap muka dan praktik.

"Sekarang mau tidak mau harus melalui teknologi media atau tatap muka secara virtual. Hambatannya adalah ketika para mahasiswa yang ada di daerah tidak bisa menyimak maksimal karena terjadi gangguan koneksi internet”, ujarnya seperti dikutip, Senin (30/11/2020).

Hal senada disampaikan Arya Wiratman, Guru SDS Islam Ibnu Hajar Cipayung, Jakarta Timur yang menilai kondisi pembelajaran jarak jauh baik di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini sangat monoton. "Meski begitu kami tetap berusaha mengemas pembelajaran mirip seperti saat tatap muka di kelas," terangnya.

Oleh karena itulah tenaga pendidik dituntut untuk melakukan terobosan dan kreatif dalam menjalankan proses pembelajaran jarak jauh tersebut. Selain itu pihaknya juga harus pintar mengatur keuangan keluarga dan menyisihkan agar sebagian dananya untuk memenuhi kebutuhan kuota internet.

Pasalnya, sebelum ada bantuan kuota internet dari pemerintah, kondisi sangat sulit dan terbatas. "Setelah ada bantuan pemerintah, sangat meringankan beban pengeluaran sehari-hari," tambah Arya.

Begitu pula dengan Deswita, ia mengaku juga harus mengatur ulang perencanaan keuangan keluarganya saat masa pandemi COVID-19, yang saat itu kebutuhan primer dan biaya internet menjadi prioritasnya.

"Kemudian dengan adanya bantuan dari pemerintah sangat membantu sekali sehingga perencanaan keuangan keluarga bisa kembali normal”, ujarnya.

Sri Murni, Dosen STKIP PGRI Bandar Lampung mengatakan hal senada. Menurutnya, sebelum ada bantuan harus pintar-pintar menyisihkan dana untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran.

"Kami sangat bersyukur dengan bantuan pemerintah baik dalam bentuk pulsa maupun Bantuan Subsidi Upah (BSU). Uang yang awalnya kami sisihkan untuk kuota bisa kembali kami pakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ujarnya.

Seperti diketahui bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diketahui telah memberikan Bantuan Kuota Data Internet kepada 1,9 juta guru, 166.000 dosen, 3,8 juta mahasiswa, dan 29,6 juta siswa sekolah, sejumlah 100 GB yang dialokasikan 50 GB setiap bulannya.

Kuota internet tersebut bisa dimanfaatkan setiap jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta. Sebanyak 35,5 juta pendidik dan peserta didik di seluruh Indonesia telah menerima manfaat ini sejak September 2020.

Dampak positif adanya bantuan kuota data internet tersebut pun diakui oleh Lembaga Arus Survei Indonesia (Oktober 2020), yang menyatakan bahwa sebanyak 85,6 persen responden menilai program Bantuan Kuota Data Internet sangat meringankan beban ekonomi orang tua pelajar/mahasiswa dalam membeli paket internet.

Selain Bantuan Kuota Data Internet, pemerintah juga memberikan bantuan melalui peluncuran BSU Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non-PNS di bawah binaan Kemendikbud dan Kemenag.

Bantuan tersebut menyasar lebih dari 2,74 juta pendidik dan tenaga kependidikan non-PNS di seluruh Indonesia dengan alokasi dana total Rp4,7 triliun dari Kemendikbud dan Kemenag.

BSU diberikan sebesar Rp1,8 juta bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan dengan persyaratan pencairan yang sangat mudah sehingga dapat membantu para penerima manfaat di masa pandemi.

Sri Murni pun berharap semua anak didik di seluruh Indonesia tetap semangat menuntut ilmu dan termotivasi, walaupun apapun kendalanya. "Begitu juga kepada teman-teman sesama pendidik lainnya, untuk tetap tulus dan bertanggung jawab mencerdaskan anak bangsa, karena itu merupakan ibadah kita," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper