Bisnis.com, JAKARTA - Aksi kriminalitas terhadap kaum minoritas, umat Kristen kembali terjadi. Sebanyak 4 orang jemaat Gereja Bala Keselamatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah tewas mengenaskan dan pos pelayanan gereja juga dibakar.
Pimpinan Bala Keselamatan Kantor Pusat Bandung Kolonel Yusak Tampai merasakan duka yang mendalam saat jemaatnya harus menghembuskan nafas terakhir. Dia juga mengecam aksi pembakaran pos pelayanan Gereja Bala Keselamatan.
Adapun pos pelayanan Gereja Bala Keselamatan dipakai umat Kristen untuk beribadah setiap minggu, karena jarak rumah penduduk yang cukup jauh ke gereja. Jarak pos pelayanan gereja dari Gereja Bala Keselamatan Sigi sekitar 7 km.
Tampak juga pos pelayanan Gereja Bala Keselamatan yang sering dipakai oleh umat Kristen di Lewonu, Kabupaten Sigi ambruk. Atap yang terbuat dari seng menjadi rata dengan tanah, serta pohon-pohon di sekitar bangunan tersebut ikut menguning dan layu akibat api.
Yusak mengharapkan kepada pemerintah dan kepolisian selalu memberikan perlindungan kepada kaum minoritas di Indonesia. Dia meminta agar pemerintah dan polisi bisa mengungkap pelaku yang melakukan serangan brutal hingga menghilangkan nyawa manusia.
“Ini merupakan tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan kami mengecamnya dengan keras. Kami juga mengharapkan pemerintah dan kepolisian Kabupaten Sigi-Sulawesi Tengah dapat segera mengungkap pelaku serangan brutal ini, memberi tindakan yang sesuai dan mengusut serta membasmi jaringan-jaringan kejahatan ini,” tulisnya dalam keterangan resmi, Sabtu (28/11/2020).
Dia menambahkan bahwa seluruh jemaat merasakan duka yang mendalam terhadap peristiwa pembunuhan 4 orang jemaat di Gereja Bala Keselamatan.
Adapun aksi pembakaran tempat ibadah menjadi bukti bahwa aksi kekerasan sering sekali dialami oleh kelompok minoritas di Indonesia. Yusak menuturkan bahwa segala tindakan kekerasan, dengan alasan dan cara apapun, merupakan tindakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia.
“Kami juga meminta dengan sangat kepada pemerintah dan Kepolisian untuk terus meningkatkan langkah antisipatif terhadap gerakan kejahatan dan sadis yang masih ada sampai saat ini, agar peristiwa yang terjadi di Lewonu, Lembantongoa tidak terulang kembali di kemudian hari,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, maka dia juga mengajak lembaga gereja dan lembaga keagamaan lainnya beserta seluruh masyarakat untuk selalu siaga, serta membangun jejaring keamanan dan koordinasi antar lembaga agar dapat bersama-sama mencegah aksi-aksi kejahatan serupa.