Bisnis.com, JAKARTA – Walmart Inc. sepakat untuk menjual unit bisnisnya di Argentina kepada Grupo de Narvaez. Hanya saja, Walmart enggan menyebutkan berapa nilai transaksi tersebut.
Akibat transaksi tersebut saham Walmart naik 1 persen pada pukul 9:49 pagi di bursa New York.
Peritel terbesar dunia tersebut memutuskan untuk meninggalkan Argentina setelah 25 tahun beroperasi di negara tersebut. Adapun saat ini, Walmart memperkerjakan lebih dari 9.000 orang di negara tersebut.
Selain itu Walmart juga menjadi perusahaan swasta terbesar kesembilan di Argentina. Besarnya skala perusahaan tersebut, membuat Walmart memiliki dua anak usaha lain di negara tersebut yakni Punto Mayorista dan Changomas.
Sementara itu Grupo de Narvaez merupakan salah satu perusahaan ritel raksasa di Argentina dan memiliki jaringan supermarket di negara lain di Amerika Latin.
“Kami sangat senang dengan keahlian ritel lokal yang dibawa oleh pemilik baru ke bisnis yang sudah kuat ini, dan kami yakin kesepakatan ini menciptakan struktur yang tepat untuk membantunya benar-benar berkembang selama bertahun-tahun,” kata Judith McKenna, Presiden Bisnis Internasional Walmart, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (6/11/2020).
Chief Executive Officer Walmart Doug McMillon sejauh ini sedang berusaha melakukan restrukturisasi perusahaan. Sebelumnya, Walmart telah menjual sebagian besar saham di bisnisnya di Brasil kepada Advent International pada 2018. Sementara itu pada bulan lalu Walmart juga telah menemukan pembeli untuk jaringan toko kelontongnya di Inggris, Asda.
Kepergian Walmart terjadi setelah Presiden Argentina Alberto Fernandez meningkatkan kontrol mata uang dan membekukan sementara harga barang-barang konsumen mulai dari makanan dan minuman hingga paket ponsel dan layanan internet.
Dia juga melarang perusahaan memecat pekerja dalam daftar gaji dan menggandakan pesangon pekerja jika perusahaan pergi dari negara tersebut, atau bahkan menutup usahanya.
Kebijakan tersebut mempersulit pengusaha menjalankan bisnis di Argentina yang sedang berada pada tekanan perekonomian lantaran mencatatkan laju inflasi hingga 37 persen.