Bisnis.com, JAKARTA - Meski PDB kuartal ketiga tahun ini mencatatkan rekor pertumbuhan, resesi tetap mengintai Eropa menyusul pembatasan besar-besaran untuk membendung gelombang kedua virus.
Badan Statistik Eurostat pada Jumat pekan lalu menyatakan produk domestik bruto Uni Eropa melonjak 12,1 persen antara Juli dan September. PDB meningkat 12,7 persen di 19 negara yang menggunakan euro. Ekspansi yang didahului penurunan besar pada kuartal kedua itu adalah yang terbesar sejak 1995.
Namun, secara year-on-year, ekonomi UE tetap sekitar 4 persen lebih kecil dibandingkan dengan akhir September tahun lalu. Analis mengatakan pemulihan akan berumur pendek.
"Gelombang kedua pembatasan virus Corona akan mendorong area mata uang tunggal ke dalam resesi double-dip," kata kepala ekonom Eropa di Capital Economics, Andrew Kenningham dalam catatan penelitiannya, dilansir CNN International, Senin (2/11/2020).
Pemerintah di Jerman dan Prancis, ekonomi terbesar di kawasan itu, mengumumkan lockdown nasional yang akan menutup bisnis dan restoran yang tidak penting selama beberapa minggu pada Rabu lalu (28/10/2020). Italia telah mengumumkan lockdown sebagian, termasuk menutup bar dan restoran pada pukul 6 sore. Negara itu dapat memberlakukan pembatasan menyeluruh jika wabah memburuk.
"Prancis telah memasuki penurunan kedua menyusul rekor lonjakan 18,2 persen pada PDB kuartal ketiga, dan prospek pemulihan signifikan pada 2021 semakin gelap," kata ekonom ING Charlotte de Montpellier.
Baca Juga
Sayangnya, angka-angka tersebut segera disapu kemungkinan pemulihan yang sudah berakhir.
Villeroy de Galhau, Gubernur Bank Sentral Prancis, mengatakan pada acara iklim di Paris Kamis pekan lalu bahwa ia memperkirakan penurunan dalam PDB pada kuartal keempat.
Sekolah dan beberapa tempat kerja akan tetap buka di Jerman dan Prancis, begitu pula sektor-sektor seperti konstruksi dan manufaktur, yang akan mengimbangi sebagian skala penurunan PDB.
Faktor lain yang meringankan adalah bahwa perekonomian yang sudah lesu karena gagal pulih sepenuhnya dari kontraksi bersejarah pada kuartal kedua. Hal itu berarti penurunan lebih lanjut dalam PDB akan relatif tidak terlalu parah.
Ekonomi Jerman tumbuh 8,2 persen antara Juli dan September, tetapi turun 4,2 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu. Di Spanyol, di mana PDB tumbuh 16,7 persen pada kuartal ketiga, ekonominya 8,7 persen lebih kecil dibandingkan periode yang sama di 2019. Ekonomi Italia pulih 16,1 persen pada kuartal ketiga, tetapi turun 4,7 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut Indeks Manajer Pembelian terbaru IHS Markit, bahkan sebelum lockdown diumumkan, aktivitas bisnis di Eropa sedang menurun.
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan langkah-langkah yang lebih ketat telah memicu penurunan yang jelas dalam prospek ekonomi jangka pendek.
"Informasi yang masuk menandakan bahwa pemulihan ekonomi kawasan euro kehilangan momentum lebih cepat dari yang diharapkan setelah rebound yang kuat namun parsial dan tidak merata dalam aktivitas ekonomi selama bulan-bulan musim panas," kata Lagarde.
Dia mengisyaratkan bahwa ECB siap mengambil tindakan untuk mendukung ekonomi dan bank sentral sedang mempertimbangkan seluruh perangkat kebijakan yang dimilikinya. Pemerintah juga dapat diminta untuk meningkatkan pengeluaran.
"Dilema bagi pembuat kebijakan adalah bahwa cara paling efektif untuk meredam pukulan dari penguncian lain adalah dengan dukungan fiskal yang jauh lebih murah hati, mungkin termasuk transfer tunai satu kali ke rumah tangga dan bisnis," kata Kenningham dari Capital Economics.
Tingkat pengangguran UE stabil pada September diangka 8,3 persen. Namun, Kenningham memperingatkan bahwa pasar tenaga kerja kemungkinan akan mengalami tekanan yang meningkat dalam beberapa bulan mendatang.