Bisnis.com, JAKARTA - Australia & New Zealand Banking Group Ltd. melaporkan penurunan laba paling dalam dalam periode lebih dari satu dekade sebagai dampak pandemi Covid-19.
Dilansir Bloomberg, Kamis (29/10/2020) laba ANZ tercatat senilai 3,76 miliar dolar Australia (US$2,7 miliar) pada periode satu tahun yang berakhir 30 September 2020. Realisasi tersebut tidak jauh dari prediksi analis senilai 3,79 miliar dolar Australia.
Laba yang terkoreksi dalam tersebut utamanya disebabkan oleh provisi untuk kredit bermasalah senilai 2,74 miliar dolar Australia, seiring dengan krisis ekonomi yang menghantam bisnis konsumer dan korporasi.
"Sulit untuk memprediksi kondisi pada 2020, tahun yang diawali dengan kebarakan hebat di Australia dan sekarang menghadapi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung," kata CEO ANZ Shayne Elliott.
Kinerja ANZ tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa bank-bank Australia saat ini sedang berjuang menghadapi resesi ekonomi, yang pertama terjadi dalam periode 30 tahun terakhir.
Tak hanya itu, bank-bank Benua Kangguru juga mengeluarkan biaya untuk menyelesaikan masalah dengan para nasabah yang disebabkan dari penjualan produk asuransi dan perencanaan keuangan yang buruk.
Westpac Banking Corp., yang telah melaporkan kinerjanya pada 2 November 2020, harus membayar 1,2 miliar dolar Australia untuk denda praktik pencucian uang.
Adapun, National Australia Bank Ltd. menyisihkan 450 juta dolar Australia untuk kompensasi nasabah dan beban operasional lainnya.
Saham ANZ pun melemah 2,8 persen pada awal pembukaan perdagangan hari ini. Penurunan tersebut yang paling besar di antara saham bank-bank besar lainnya dan menyeret indeks S&P/ASX200 turun.
Kendati kinerjanya buruk, ANZ akan membayarkan dividen untuk para pemegang saham senilai 0,35 dolar Australia per saham, lebih rendah dibandingkan dengan dividen pada tahun lalu. Tiga bank besar lainnya juga diketahui mengurangi atau menahan dividen.
Hal ini berdampak pada pemegang saham ritel, yang kebanyakan pensiunan dan bergantung pada pembagian dividen.