Bisnis.com, JAKARTA – Kunjungan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga ke Indonesia dinilai bisa menjadi sinyal positif, termasuk untuk mengundang investasi asing ke Indonesia terutama pada masa-masa sulit seperti saat ini.
Peneliti Bidang Perkembangan Politik Internasional LIPI Awani Irewati mengungkapkan bahwa Jepang sampai saat ini masih menganggap Indonesia sebagai pasar yang menarik dan tidak bisa ditinggalkan.
“Indonesia ini kan sejak adanya pandemi ada 59 negara yang menolak Indonesia, di bawah kondisi itu ada kunjungan PM Jepang, itu saya pikir jadi sinyal baik bagi Indonesia di mata dunia,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (20/10/2020).
Menurutnya, secara implisit dengan adanya kunjungan ini, artinya dalam kondisi Covid-19 Indonesia yang dipandang sejumlah negara masih buruk, belum lagi ada demo soal omnibus law, ini menunjukkan bahwa Jepang serius, dalam kondisi apapun Indonesia tidak bisa ditinggalkan.
“Ini bakal menjadi sinyal positif bagi roda perekonomi, saham, dan investasi, termasuk dari asing. Apalagi dengan demo menunjukkan PM Jepang tetap berani bertemu Presiden, dan dalam kondisi seperti ini dia memprioritaskan kunjungan ke Indonesia memberikan empati ganda bagi Indonesia, menunjukkan keseriusannya,” terang Awani.
Kunjungan PM Jepang ke Indonesia membahas sejumlah hal, terkait dengan penanganan Covid-19 dengan memberikan bantuan alat kesehatan dan kerja sama di tujuh bidang kesehatan, hingga memberikan pinjaman fiskal 50 juta yen atau sekitar Rp7 triliun.
Menurut Awani, kunjungan ini sebagai langkah awal untuk memperkuat posisi diplomasi ekonomi Jepang yang mulai tergeser oleh China, terlebih karena Jepang juga sudah banyak terlibat dalam pembangunan Indonesia sejak dulu.
“Sejak dulu perusahaan Indonesia pun banyak mengadopsi teknologi dari Jepang, terutama produk-produk mobil, motor kan banyak produksi dari Jepang. Kualitas juga saya melihat masih lebih bagus Jepang. China itu lebih murah, tapi kualitasnya seperti apa. Ini jadi bentuk intervensi dari Jepang,” terangnya.
Selain diplomasi ekonomi, menurut Awani, Jepang juga punya kepentingan untuk memperkuat posisi diplomasi politik.
“Ini terutama kalau kita lihat Indonesia dan Vietnam, yang jadi tujuan dua kunjungan pertama PM Suga, itu kan tidak berkaitan dengan konflik laut China selatan, tapi di sini ada China. Jadi secara politik, kemungkinan ada kepentingan untuk berhadapan dengan China sebagai musuh bebuyutan Jepang juga,” tambahnya.