Bisnis.com, JAKARTA - Perlakuan pihak kepolisian terhadap sejumlah aktivis yang ditangkap terkait dengan penolakan Undang-Undang Cipta Kerja terus menuai kritik dari tokoh publik.
Teranyar, akademisi Indonesia, Jimly Asshiddiqie turut angkat bicara terkait proses penangkapan dan perlakuan terhadap para aktivis tersebut.
Melalui akun Twitternya, @JimlyAs, Ketua Umum Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) itu berharap aparat keamanan untuk lebih bijaksana dalam menegakkan kebenaran.
"Ditahan saja tdk pantas apalagi diborgol utk kepentingan disiarluaskan. Sbg pengayom warga, polisi hrsnya lebih bijaksana dlm menegakkan keadilan & kebenaran. Carilah orang jahat, bukan orang salah atau yg sekedar "salah"," tulisnya dalam unggahannya, Jumat (16/10/2020).
Ditahan saja tdk pantas apalagi diborgol utk kepentingan disiarluaskan. Sbg pengayom warga, polisi hrsnya lebih bijaksana dlm menegakkan keadilan & kebenaran. Carilah orang jahat, bukan orang salah atau yg sekedar "salah". https://t.co/KB86XgCCGf
— Jimly Asshiddiqie (@JimlyAs) October 15, 2020
Sebelumnya, Anggota DPR RI Fadli Zon juga angkat bicara soal penangkapan para aktivis yang menentang UU Cipta Kerja. Politisi Gerindra itu mengkritik perlakukan terhadap para aktivis tersebut tidak manusiawi.
Baca Juga
"Dulu kolonialis Belanda jauh lebih sopan dan manusiawi memperlakukan tahanan politik," ujar Fadli Zon dalam cuitan Twitter @fadlizon yang dikutip Bisnis, Jumat (16/10/2020).
Fadli Zon memberikan contoh perlakuan penjajah Belanda kepada Bung Karno ketika diasingkan di Ende, Bengkulu, dan Bangka. Begitu juga dengan pengasingan Bung Hatta dan Syahrir yang lebih berat di Boven Digoel.
"Di Banda Naira lebih longgar. Mereka masih diperlakukan manusiawi, bahkan diberi gaji bulanan," terang Fadly.