Bisnis.com, JAKARTA – Angka kematian tenaga kesehatan di Indonesia akibat Covid-19 menjadi yang tertinggi keempat di dunia, berada di bawah Meksiko, Inggris, dan Mesir per Sabtu (12/9/2020).
Mengutip studi @pandemictalks, angka kematian tenaga kesehatan per 100.000 kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 92 kematian. Sementara tertinggi adalah Meksiko dengan 234 kematian, Inggris dengan 219 kematian, dan Mesir 166 kematian.
“Artinya setiap rata-rata 1.087 kasus di Indonesia akan mengorbankan nyawa satu orang nakes. Untuk rata-rata kasus sepekan di 3.505 kasus per hari, artinya bisa ada tiga nakes meninggal sehari,” jelas Firdza Radiany, Inisiator akun @pandemictalks pada unggahan Selasa (15/9/2020).
Adapun, kasus tertinggi terjadi pada 12 September 2020 di mana selama 24 jam ada 4 dokter meninggal akibat Covid-19. Mereka tersebar di Medan, Jakarta, dan Riau.
Secara keseluruhan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sudah ada 115 dokter dan 2 perawat yang meninggal.
Perinciannya, dari 115 kematan dokter terdiri atas 60 dokter umum, 53 dokter spesialis, dan 2 orang PPDS, termasuk 7 profesor di dalamnya.
Baca Juga
“Tentu saja kapasitas layanan kesehatan tidak tak terbatas. Rumah sakit baru mudah dibangun, jumlah ruangan, tempat tidur, ventilator dan alat medis lainnya mudah diadakan kembali. Tapi menambah jumlah dokter dan perawat tak semudah membalikkan telapak tangan,” tambahnya.
Semakin banyak tenaga kesehatan yang meninggal, artinya beban pekerjaan tenaga kesehatan yang masih bertahan makin berat. Belum lagi dengan kapasitas rumah sakit yang hampir penuh, mereka akan makin kelelahan.
Sebagai masyarakat yang baik bisa membantu dengan tidak keluar rumah apabila bukan untuk kegiatan yang penting seperti untuk berkumpul dengan keluarga dan teman. Kemudian, patuhi protokol kesehatan, tetap memakai masker di mana pun, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.
Selain itu, langkah lainnya bisa dengan menilai protokol ventilasi, durasi, dan jarak (VDJ) di tempat-tempat yang dikunjungi.
“Jika rumah sakit penuh, tenaga kesehatan kelelahan, kemana kita harus berobat? Siapa yangakan merawat jika kita sakit?”