Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Lonjakan Kasus, Eropa Tolak Kembali Lockdown

Italia bergabung dengan Jerman, Prancis, dan Spanyol dalam mengesampingkan pembatasan luas pada pergerakan yang sebelumnya telah mengguncang ekonomi pada Maret dan April.
Seseorang mengenakan masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona, membawa bahan makanan berjalan di luar gedung Berlaymont, yang di dalamnya terdapat kantor Komisi Eropa, di Brussels, Belgia, pada 26 Maret 2020./Bloomberg/ Olivier Matthys
Seseorang mengenakan masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona, membawa bahan makanan berjalan di luar gedung Berlaymont, yang di dalamnya terdapat kantor Komisi Eropa, di Brussels, Belgia, pada 26 Maret 2020./Bloomberg/ Olivier Matthys

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Eropa, termasuk Italia, Spanyol, dan Prancis menolak penguncian nasional yang ketat tengah kasus baru virus corona yang bermunculan kembali setelah pembukaan ekonomi.

Kasus virus baru muncul dari turis yang kembali dan pengunjung pesta. Italia bergabung dengan Jerman, Prancis, dan Spanyol dalam mengesampingkan pembatasan luas pada pergerakan yang sebelumnya telah mengguncang ekonomi pada Maret dan April.

"Saya mengecualikan hipotesis penguncian negara kita sekarang. Kami memiliki sedikit kasus dan situasinya terkendali, dengan tekanan pada rumah sakit yang sangat rendah, minimal," kata Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza, dilansir Bloomberg, Kamis (27/8/2020).

Dengan peningkatan harian dalam kasus Covid-19 yang baru-baru ini mencapai tertinggi empat bulan, Perdana Menteri Prancis Jean Castex diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah langkah-langkah penanggulangan pada hari ini.

Pembatasan tersebut kemungkinan besar akan ditargetkan pada lokasi tertentu, di mana tingkat penularan lebih intens, seperti Paris. Opsi lainnya untuk ibu kota Prancis akan serupa dengan yang ada di Marseille, kota terbesar kedua di Prancis, di mana masker wajib digunakan di mana-mana dan bar serta restoran harus tutup pada pukul 11 <

Sementara itu, ketegangan tentang bagaimana menghadapi kenaikan kasus terbaru muncul di Jerman. Menjelang konferensi video antara Kanselir Angela Merkel dan para pemimpin negara bagian untuk membahas pandemi, Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder memanggil Menteri Kesehatan Jens Spahn.

Spahn mengumumkan minggu ini bahwa pendatang dari daerah berisiko harus menjalani karantina 14 hari, yang dapat diakhiri setelah lima hari jika hasil tes negatif. Karena kurangnya kapasitas, persyaratan untuk orang yang akan dites pada saat kedatangan akan dibatalkan.

Soeder menyebut keputusan itu tergesa-gesa dan mempertanyakan apakah strategi karantina berhasil dalam praktiknya.

Jerman sedang berjuang untuk mendefinisikan strategi nasional karena beberapa pemimpin negara bagian menunjukkan tingkat infeksi yang rendah secara lokal. Hal itu menciptakan ketegangan tentang bagaimana menangani lonjakan terbaru.

Ada 1.431 kasus baru dalam 24 jam hingga Kamis pagi, meskipun itu masih jauh di bawah puncak hampir 7.000 pada akhir Maret dan awal April.

Italia, episentrum asli pandemi di Eropa, mencatat 1.367 kasus virus corona baru pada Rabu, terbesar sejak 12 Mei. Prancis melaporkan 5.429 kasus baru selama 24 jam terakhir, tertinggi dalam empat bulan. Spanyol mencatat 3.594 infeksi, mendekati level tertinggi empat bulan.

Pemerintah Spanyol telah mengumumkan bahwa pihaknya siap untuk menyediakan 2.000 tentara untuk pelacakan kontak jika diminta oleh otoritas regional yang mengawasi kebijakan kesehatan.

Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan tidak melihat opsi karantina sebagai pilihan tanggapan lonjakan kasus.

Di seluruh Eropa, wabah sejak pertengahan Juli telah dipicu oleh pertemuan sosial musim panas dan jarak sosial yang lemah di antara anak-anak muda. Banyak kasus baru di Italia melibatkan wisatawan muda yang kembali baik dari dalam negeri atau dari luar negeri.

Sementara jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dan kematian tetap jauh di bawah tingkat yang terlihat selama puncak pandemi di musim semi, kekhawatirannya adalah bahwa penyakit tersebut menyerang lebih banyak orang tua dan orang rentan lainnya dalam beberapa minggu mendatang.

Untuk membendung penyebaran, Italia meningkatkan pengujian di pelabuhan dan bandara untuk kedatangan dari negara-negara berisiko, dengan rekor 93.529 tes dilakukan kemarin. Negara itu juga sudah menutup klub malam dan memperketat aturan tentang pemakaian masker.

"Saya mendengar orang mengatakan bahwa Italia adalah model, tapi saya sangat berhati-hati. Masih banyak yang harus kami lakukan," kata Speranza.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper